Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Perjuangan Anak Mamboro Seberangi Sungai yang Dihuni Buaya untuk Belajar Baca

Sejumlah anak SMPN 1 Mamboro, Kabupaten Sumba Tengah, NTT nekat menyeberangi kali yang dilintasi buaya hanya untuk belajar membaca

15 September 2022 | 12.03 WIB

Pos Baca Ibu Lira yang terletak di Mamboro, Sumba Tengah. Tampak Ibu Lira bersama para siswa Pos Baca dan Petugas Save the Children. TEMPO/YOHANES SEO
Perbesar
Pos Baca Ibu Lira yang terletak di Mamboro, Sumba Tengah. Tampak Ibu Lira bersama para siswa Pos Baca dan Petugas Save the Children. TEMPO/YOHANES SEO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Waikabubak - Stenly, Fredly, Chiva dan Cilia, siswa SMPN 1 Mamboro, Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT) nekat menyeberangi kali yang sering dilintasi buaya hanya untuk mendatangi pos baca Ibu Lira di Desa Manuwolu, Kecamatan Mamboro untuk belajar membaca.

Jarak tempuh dari rumah Stenly dan kawan-kawan ke Pos Baca Ibu Lira sekitar 3 kilometer (KM) dengan berjalan kaki, dan bisa menghabiskan waktu sekitar 30-45 menit. Untuk memperpendek jarak tempuh, maka mereka harus melewati sebuah kali yang sering dilintasi buaya. "Ada buaya di kali itu," kata Chiva saat ditemui Tempo di pos baca ibu Lira, Kamis, 15 September 2022.

Sungai yang jadi tempat tinggal buaya itu, bukan menjadi penghalang bagi Stenly dan kawan-kawan untuk belajar membaca dan bermain di Pos Baca Ibu Lira. Padahal Stenly dan kawan-kawan sudah bisa membaca. "Orang tua izinkan kami untuk datang ke pos baca. Kami bisa belajar soal cerita rakyat dan lainnya," ujar Chiva.

Pos baca Ibu Lira merupakan salah satu dari 13 pos baca yang ada di Sumba Barat dan Tengah yang dinaungi oleh Save The Children. Walau dengan keterbatasan sarana prasarana, namun ibu Lira tetap semangat membantu anak-anak usia sekolah mulai dari umur 6 tahun hingga 11 tahun belajar di pos baca tersebut. "Yah, masih gunakan rumah pribadi untuk dijadikan pos baca bagi anak-anak," kata Ibu Lira.

Dengan jumlah anak yang mencapai 60 orang di pos baca tersebut, Ibu Lira terpaksa menggunakan halaman rumah bagi anak-anak di atas kelas V SD untuk bermain dan membaca. Karena ruangan tamu yang digunakan tidak cukup menampung anak-anak sebanyak itu.

Keterbatasan ruang hingga buku

Selain keterbatasan ruangan, kendala lain Ibu Lira yakni ketersediaan buku bacaan yang terbatas, sehingga dia harus menulis cerita rakyat dari cerita-cerita warga setempat di kertas karton dan dibagikan ke anak-anak untuk membaca.

"Buku-buku juga terbatas, sehingga saya siasati menulis di karton dan bagikan ke anak-anak untuk membaca," jelasnya.

Selanjutnya: anak kelas III SD baru bisa baca....



Walau dalam keterbatasan itu, wanita 38 tahun asal Mentawai, Sumatera Barat ini tetap membuka pos baca itu karena prihatin dengan Sumber Daya Manusia (SDM) anak-anak di desa Itu. Rata-rata anak-anak belum bisa membaca hingga duduk ke kelas III Sekolah Dasar (SD).

Media dan Brand Manager Save the Children, Dewi Sri Sumana mengatakan hasil Literasi Assessment Save the Children Program Sponsorship tahun 2022 menunjukan bahwa 60 persen anak-anak kelas 3 SD dikategorikan sebagai anak-anak non-pembaca, dimana anak-anak tersebut tidak dapat membaca lancar dan memahami bacaan yang dibaca.

Berdasarkan hasil literacy assessment juga, lanjutnya, menunjukan faktor dominan yang menyebabkan rendahnya kemampuan literasi di Sumba Barat dan Sumba Tengah adalah keterbatasan sumber bahan bacaan yang menarik bagi anak dan dukungan masyarakat dan orangtua untuk Pendidikan.

Karena itu, Save the Children fokus intervensi proyek dalam desain program menargetkan lima keterampilan membaca—kesadaran fonologis; pengetahuan huruf; kelancaran membaca; kosakata; dan pemahaman. "Hasil studi terkait literasi anak menunjukan bahwa kabupaten Sumba Barat dan Sumba Tengah menimpati peringkat bawah dari kabupaten yang ada di Provinsi NTT," ujarnya. 

Di bidang pendidikan dasar, program Save the Children Sponsorship telah berhasil mendukung 475 SD di Sumba Barat dan 25 SD di Sumba Tengah. Sejak tahun 2013, program Sponsorship bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas sekolah dan keterampilan dasar literasi anak.

Hasil Pemantauan menunjukkan peningkatan kemampuan literasi anak setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari penurunan proporsi anak nonpembaca atau anak yang tidak dapat membaca dengan benar 5 kata sederhana atau lebih dalam waktu 30 detik berdasarkan Literacy Assessment dari tahun 2017 hingga 2019. 

Di Sumba Barat, proporsi anak non-pembaca di Tahun 2017 sebesar 64 persen, sedangkan pada tahun 2019, proporsi non-pembaca menurun menjadi 33 persen anak-anak dikategorikan sebagai non-pembaca. Di Sumba Tengah, Asesmen Literasi pada tahun 2018 mencatat bahwa 33 persen siswa yang dikategorikan sebagai non-pembaca, sedangkan pada tahun 2019, anak-anak yang dikategorikan sebagai non-pembaca menurun menjadi 23 persen. 

"Temuan ini menunjukkan keberhasilan implementasi Literacy Boost dalam Program," katanya.

JHON SEO


Baca: Google Luncurkan Situs Web Baru untuk Anak Belajar Membaca




Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus