Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bakal Calon Presiden (Bacapres) Partai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo tengah menjadi perbincangan usai dirinya muncul di video azan magrib di salah satu stasiun televisi. Banyak pihak mengaitkan kemunculan Ganjar Pranowo dengan politik identitas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Ganjar Pranowo sempat mewanti-wanti agar pendukungnya tidak membawa politik Identitas pada Juli 2023 lalu. Dilansir dari Tempo, kata-kata itu disampaikan Ganjar dalam acara pelatihan Juru Kampanye Pemenangan Ganjar. “Jangan bawa politik identitas, jaga kebersamaan kita sebagai anak bangsa,” ujar ganjar pada Senin, 17 Juli 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantas, apa itu politik identitas?
Menurut pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Adi Prayitno, politik identitas adalah sebuah aktivitas politik untuk mengajak orang lain memilih calon dalam Pemilu berdasarkan sentimen agama, suku, dan ras.
Adi mencontohkan bahwa Indonesia sempat mengalami politik identitas pada Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pilpres 2019. Dia menilai kedua ajak itu merupakan mobilisasi dukungan kepada satu calon dengan menggunakan simbol agama.
"Ada pendukung calon tertentu yang menuding pihak lain kafir dan setan. Sementara jagoannya diklaim paling malaikat," ujarnya sebagaimana dilansir dari Tempo.
Menurut Yeni Sri Lestari dalam artikel ilmiahnya yang berjudul Politik Identitas Di Indonesia: Antara Nasionalisme dan Agama, politik identitas adalah penjabaran dari identitas politik yang dianut oleh warga negara berkaitan dengan arah politiknya. Politik identitas adalah cara berpolitik yang didasarkan pada kesamaan identitas.
Politik Identitas lahir dari kelompok sosial yang merasa diintimidasi dan didiskriminasi oleh dominasi negara dan pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahan.
Di Indonesia, politik identitas yang mendominasi adalah politik identitas keagamaan yang menghadirkan kesan-kesan eksklusif pada kelompok agama mayoritas di Indonesia. Meskipun begitu, menurut Yeni, kelompok nasionalis juga termasuk ke dalam politik identitas.
Politik Identitas sendiri lahir pada 1970-an di Amerika Serikat. Itu dilatarbelakangi oleh tuntutan perjuangan minoritas, gender, dan ras yang terpinggirkan. Dalam sejarahnya, politik Identitas lahir menjadi gerakan perjuangan untuk pengakuan.
Dalam jurnal berjudul Memetakan Lokasi bagi 'Politik Identitas' dalam Wacana Politik Poskolonial, Setyaningrum mengatakan bahwa politik Identitas berbeda dengan identitas politik. Identitas politik adalah konstruksi yang menentukan posisi kepentingan subjek dalam ikatan komunitas politik, sementara politik identitas mengacu pada mekanisme pengorganisasian identitas sebagai sarana politik.
Apakah Ganjar melakukan Politik Identitas?
Adi Prayitno menjelaskan bahwa apa yang dilakukan bakal capres Ganjar bukanlah politik identitas. Hal itu disebabkan Ganjar hanya membintangi video azan magrib dan melaksanakan shalat. “Ganjar tidak melakukan aktivitas politik melainkan aktivitas ibadah,” ujar Adi Prayitno.
Menurut Adi, kemunculan Ganjar di video adzan yang ditanyangkan salah satu stasiun televisi merupakan hal yang juga dilakukan tokoh politik dalam iklan ucapan hari besar keagamaan lain. “Jelas bukan politik identitas. Politik identitas tidak sesederhana begitu definisinya. Itu hanya tayangan orang salat,” kata Adi.