Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Indonesia bisa menyaksikan fenomena langka gerhana bulan dan supermoon pada 31 Januari 2018. Fenomena ketika bulan mencapai fase puncaknya atau full moon itu bisa disaksikan dengan sempurna bila mendapatkan tempat dan timing yang pas. "Untuk wilayah Yogya, dari pantauan kami, tempat yang paling memungkinkan untuk menyaksikan supermoon secara optimal adalah wilayah pesisir selatan, khususnya Kabupaten Gunungkidul," ujar pembina komunitas Jogja Astro Club (JAC), Mutoha Arkanuddin, kepada Tempo, Senin, 29 Januari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebab, di wilayah pesisir selatan, seperti perbukitan di Gunungkidul, selama masa puncak musim hujan Januari ini terpantau paling jarang digelayuti awan gelap pemicu hujan. Awan-awan gelap tebal itu menjadi halangan utama untuk menyaksikan supermoon kali ini. "Sebisa mungkin jangan menunggu supermoon di Yogya utara, seperti di kawasan Gunung Merapi atau perbukitan utara lain, karena hampir tiap sore-malam awan gelap sudah muncul yang disusul hujan deras," tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Di Gunungkidul sendiri, menurut JAC, banyak spot untuk menyaksikan supermoon dengan optimal, tak melulu di pesisir atau berbatasan dengan pantai. Seperti obyek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran atau bukit Kosakora.
Komunitas JAC sendiri akan menggelar nonton bersama supermoon di empat titik dengan menyebar sedikitnya 15 teropong untuk digunakan masyarakat. Spot menonton gerhana yang digelar komunitas JAC itu antara lain bukit Saptosari di Kabupaten Gunungkidul, Alun-alun Utara yang dipusatkan di halaman Masjid Gede Kauman, Alun-alun Kota Magelang yang dipusatkan di Masjid Agung, dan markas JAC di Condongcatur, Sleman.
Acara nonton bersama itu digelar mulai pukul 18.30 hingga 22.00 WIB. Seluruh acara yang digelar JAC dan teropong yang digunakan masyarakat sifatnya gratis tanpa biaya. "Di tiap spot, kami juga menggelar salat gerhana dan edukasi bagi warga. Ada 25 personel JAC yang kami turunkan," ujar Mutoha.
Edukasi soal gerhana bulan ini guna menepis sisi mistik soal gerhana yang masih hidup di sebagian masyarakat. Misalnya, dulu dipercaya bahwa munculnya gerhana merupakan pertanda akan datangnya bencana ketika sang bulan dimangsa raksasa. "Kami ingin makin tumbuh kesadaran masyarakat bahwa gerhana atau supermoon ini hanya fenomena alam biasa, tak berkaitan dengan apa pun," tuturnya.