Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY membacakan Refleksi Ramadan dalam acara Safari Ramadan dan Temu Kader Partai Demokrat se-DKI Jakarta dan sekitarnya di JCC Senayan, Jakarta pada Sabtu, 9 Juni 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SBY menyampaikan ceramah refleksinya itu dalam dua sesi dengan judul yang berbeda. Judul pertama tentang Islam dan Keadilan, dan kedua adalah Makna Sila ke-5 dalam Pancasila.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada refleksi pertama, SBY mengatakan tentang persoalan bangsa yang berkaitan dengan keadilan sosial sekarang ini. "Persoalan dan tantangan saat ini, adalah kemiskinan yang masih relatif tinggi, meski sejak 2007 terus menurun," kata SBY.
Refleksi kedua adalah ketimpangan atau kesenjangan sosial ekonomi pada prinsipnya makin meningkat. Memang, kata SBY, ketimpangan ini tidak hanya dialami Indonesia tapi juga oleh negara-negara yang pertumbuhan ekonominya tinggi sehingga tidak terelakan bahwa hal ini melebarkan kesenjangan. "Dari dua masalah fundamental itu, pertanyaannya, apa tugas dan kewajiban negara dan sesungguhnya juga apa tugas dan kewajiban kita semua?" kata SBY.
Menurut dia, ada dua. Yang pertama membuat kemiskinan makin berkurang serta ketimpangan tidak makin melebar. "Bagaimana caranya? Banyak. Strategi kebijakan dan tatibnya tidak rumit," ujarnya.
SBY pun menyarankan sebaiknya yang dibangun pemerintah pusat dan daerah jangan hanya serba benda atau material, namun juga manusianya. "Program-program untuk menurunkan kemiskinan tidak boleh dikendorkan," ujarnya. Anggaran untuk infrastruktur dan taraf hidup rakyat dan kemiskinan harus berimbang.
"Setiap kebijakan pemerintah apa pun termasuk kenaikan harga bbm, listrik, harus peka terhadap rakyat miskin. Dengan arti, jangan lupa memberikan bantuan kepada mereka. Jangan lupa kompensasinya," kata SBY.
SBY lalu menyinggung bahwa ada bantuan dari pengusaha yang bisa dimanfaatkan, yaitu Corporate Social Responsibility (CSR). "Banyak cara, pilihan, yang penting nyata, terus menerus, dan tidak putus untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan karena. Itu berhubungan dengan keadilan sosial keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia," kata dia.