TEMPO.CO, Jakarta- Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Pahala Nugraha Mansury menuturkan siap menerima keputusan apapun dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang bakal digelar Rabu mendatang. Termasuk jika dia dicopot sebagai dirut Garuda.
Baca juga: Dirut Garuda Indonesia Jelaskan Alasan Tutup Rute ke London
"Kalau sudah ditugaskan harus siap misalnya diganti," ucap dia di Garuda City Center, Cengkareng, Senin, 10 September 2018.
Jika dicopot sebagai Dirut Garuda, Pahala meminta program dan perencanaan yang sudah dibuat untuk Garuda tidak diganti. Karena permasalahan yang sedang dihadapi Garuda, berbeda dengan maskapai lainnya.
Pahala berujar, biaya operasional Garuda lebih tinggi dari maskapai lain. Sehingga program perencanaan Garuda Indonesia sudah dibuat hingga tahun 2020. "Kami harapkan inisiasi tersebut yang terus jalan," ucap dia.
Pada laporan keuangan semester I 2018, Garuda Indonesia tercatat merugi sebesar US$ 114 juta atau sekitar Rp 1,65 triliun. Nilai tukar rupiah yang terus melemah dan kenaikan harga avtur menjadi salah satu penyebab besar dari kerugian ini.
Namun, kerugian pada Semester I 2018 ini sudah membaik jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017 yang mencapai US$ 284 juta atau sekitar Rp 4,11 triliun.
Sebelumnya, Pahala menuturkan kerugian ini bisa ditekan karena Garuda bisa mencatatkan pertumbuhan sebesar US$ 1,9 miliar atau sekitar 5,9 persen pada pendapatan operasional. Sementara pengeluaran operasional bisa dipertahankan sehingga hanya tumbuh tipis sebesar 0,3 persen atau senilai US$ 2,1 miliar.
Tapi, biaya untuk bahan bakar masih menjadi komponen yang cukup tinggi yaitu sebesar US$ 639,7 juta atau naik 12 persen year-on-year/yoy. Nilai mencapai 30 persen dari seluruh pengeluaran atau naik dari tahun sebelumnya yang baru mencapai US$ 572 juta atau 27 persen.
RUPS Garuda akan diselenggarakan pada Rabu, 12 September 2018. Pahala menuturkan keputusan apapun yang ada di Garuda merupakan kewenangan pemegang saham. "Kalau putusannya ada di Kementerian BUMN," ucap dia.