Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Persahabatan Kucing dan Manusia Itu Indah

image-gnews
Kucing sedang disisir. adventurecats.org
Kucing sedang disisir. adventurecats.org
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Enam bulan lalu, datang ke rumah kami kucing jantan belang dua, oranye dan putih. Jika dilihat dari bundaran testisnya, kelihatannya ia masih anak-anak. Ia mengeong terus menerus dan tak mau pergi setelah itu, tak seperti banyak kucing lain yang berdekam di halaman.

Mula-mula ia malu-malu masuk rumah. Seperti kepada kucing lain, anak saya merangkul dan memeluknya. Tapi tak seperti kucing lain, kucing ini tak berontak atau mencakar ketika disentuh. Ia malah sering naik ke pangkuan jika ada orang yang duduk di sofa atau menggesek-gesekkan badan ke kaki siapa saja.

Kami sepakat mengadopsinya. Ia diizinkan tidur di rumah, makan, dan naik ke ranjang. Kami menamainya “Si Gandeng” karena selalu bersuara dalam keadaan apa pun: waktu makan, jika minta dibelai, bahkan jika saya datang tengah malam ia mengeong seraya bersiap menyambut di pintu.

Si Gandeng telah menjadi alarm yang lebih tepat dibanding weker. Tiap jam 5 pagi ia berbunyi, menggaruk pintu kamar, bahkan lari masuk ke dalam selimut mencari jempol kaki. Dia telah menjadi anggota keluarga kami yang ke-6.

Hanya sekali ia mencuri ikan dari meja makan. Setelah istri saya memarahinya, paling banter ia mengeong di kaki kami ketika makan malam. Ia tak berani lagi mengambil apa pun yang tak diberikan di piringnya. Saya tidak tahu apakah kucing mengerti bahasa manusia, sampai saya membaca buku ini: The Travelling Cat Chronicles.

Hiro Arikawa menjawab semua pertanyaan saya tentang kucing: tabiatnya, kesukaannya, cara mereka memandang manusia, dan kebiasaan-kebiasaannya. Travelling Cat adalah novel tentang persahabatan seorang pemuda dengan seekor kucing liar di Tokyo.

Di Book Depository, toko buku daring tanpa ongkos kirim, The Travelling Cat menjadi novel yang paling banyak direkomendasikan. Anasir-anasir buku ini memang menarik: diterbitkan oleh penerbit Inggris yang terkenal, Penguin; diterjemahkan Philip Gabriel yang membawa Haruki Murakami ke pentas sastra dunia; dan mendapat komentar dari pengulas The Guardian di sampulnya.

Travelling Cat adalah novel kedua Hiro yang pertama dialihbahasakan dari Jepang ke dalam Inggris dan langsung populer. Di Book Depository dan Good Read  ia mendapat rating 4,7 dari 5 oleh puluhan ribu pembaca. Nana, nama kucing yang menjadi tokoh utama novel ini, kini sama terkenalnya dengan Hachik—anjing jantan yang setia menunggu tuannya, yang tak kunjung pulang karena meninggal, di Stasiun Shibuya pada 1920-an.

Satoru Miyawaki menemukan Nana yang tidur di kap mesin vannya suatu pagi dengan kaki patah. Lewat penceritaan Nana, kita tahu beberapa jam sebelumnya ia ditabrak sebuah mobil di sebuah persimpangan jalanan Tokyo yang padat. Kucing liar ini menemukan tempat berlindung yang nyaman di bawah mobil Satoru yang diparkir di apartemennya.

Keduanya langsung saja akrab. Satoru punya kenangan pahit dan manis bersama kucing. Sewaktu kecil ia punya Hachi, nama kucing yang merujuk pada tanda lahir angka delapan di kepalanya. Ia sangat menyangai Hachi hingga bersumpah tak akan lagi memelihara kucing ketika Hachi meninggal. Janji itu patah ketika ia bertemu Nana.

Nana berasal dari “na”, bahasa Jepang untuk angka tujuh. Satoru menamaninya begitu karena ekor Nana membentuk angka tujuh ketika duduk. Meski tak suka dengan nama itu karena dibanding-bandingkan dengan Hachi, Nana menyukai Satoru yang paham bagaimana merawat dan mencintai kucing.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemesraan itu berakhir lima tahun kemudian. Satoru tiba-tiba mengatakan mereka harus berpisah. Ia berjanji mencarikan induk semang yang baik, yang bisa ia percaya, yang ia kenal, untuk merawat Nana. Kita dan Nana akan bertanya-tanya tentang motif di balik keputusan Satoru-san ini. Hiro-san tak terlalu jelas mengungkap alasan utama anak muda yang yatim-piatu sejak SD ini hendak menyerahkan kucing yang disayanginya kepada orang lain.

Sejak percakapan itu konflik dimulai, juga perjalanan panjang Satoru dan Nana menemukan orang yang tepat menjadi rumah baru kucing liar ini. Satoru mengontak teman-teman masa kecilnya agar mau merawat Nana dengan sepenuh cinta. Namun, tiga teman yang tinggal di lain-lain provinsi itu menolak dan tak bisa menjadi induk semang Nana dengan pelbagai alasan.

Kosuke, teman terbaik Satoru di SD, tak mendapat restu istrinya merawat Nana. Dulu, sebenarnya, Hachi adalah kucing Kosuke. Tapi karena ayahnya benci ada hewan di rumah, Hachi dirawat Satoru. Kosuke harus diam-diam mengunjungi rumah Satoru untuk bertemu Hachi. Kisah-kisah kilas balik tentang hubungan Satoru dan teman-temannya seperti ini mewarnai seluruh perjalanannya mengarungi sekujur Jepang bersama Nana. Dari Fukuoka di selatan hingga Hokkaido di utara.

Dalam perjalanan panjang itu pula kita akan tahu bagaimana orang Jepang memperlakukan kucing, bagaimana kultur mereka memandang hewan ini, juga hukum positif mengatur hewan peliharaan. Maka bagi penyuka kucing, novel ini menghibur karena Nana menjadi tokoh utamanya, sementara bagi yang tak suka kucing novel ini berfaedah karena menyimpan pengetahuan tentang cara pandang kucing terhadap manusia.

Bagi saya, Travelling Cat menyenangkan karena keduanya. Dulu saya tak peduli pada kucing, sampai melihat anak-anak saya begitu sayang pada hewan ini. Jika di jalan ketemu anak kucing, anak yang bungsu selalu memintanya agar kucing itu dibawa ke rumah dan dirawat. Ia selalu merengek punya kucing yang diizinkan tidur satu selimut.

Saya terhibur oleh cara Hiro-san bercerita. Tak ada pretensi, tak coba menggurui, atau sombong karena paham bagaimana merawat kucing. Ceritanya mengalir dengan plot yang sederhana dengan percakapan yang tak mentereng, dalam arti tak dibuat-buat agar mengesankan. Pembicaraan tentang kucing antara Satoru dan kawan-kawannya, juga konflik yang menyertainya terasa wajar dan alamiah.

Apalagi, di bab-bab terakhir, Hiro pelan-pelan mengungkap alasan utama Satoru berpisah dengan Nana, tanpa adegan dramatis yang berlebihan. Kesederhanaan cerita ini, saya kira, yang membuat kita fokus pada kejadian-kejadian di dalamnya yang ternyata mengharukan.

Keriangan Satoru, canda dan tawa bersama teman dan Nana, menyimpan kisah sedih yang mendalam. Seluruh pertahanan saya luruh ketika tahu apa yang menimpa Satoru, hingga penumpang sebelah di Garuda yang membawa kami ke Jayapura melirik ketika saya menelungkupkan buku itu ke wajah.

Pada akhirnya, meski bercerita tentang kucing, novel ini menjelaskan arti persahabatan dan kesetiaan. Satoru amat menyayangi Nana dengan tulus. Sebaliknya, Nana menjaga Satoru dan menghiburnya ketika ia sedih. Percakapan dalam bahasa berbeda menjadi tak penting ketika keduanya sudah saling memahami.

Jika rating maksimal sebuah buku bagus hanya lima, Travelling Cat layak mendapatkan enam. Agaknya Si Gandeng juga menyukai gambar sampul novel ini.

Tulisan ini sudah tayang di Catataniseng

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tak Banyak Diketahui Orang, Ini Fungsi Utama Kumis Kucing

10 hari lalu

Ilustrasi kucing (Pixabay)
Tak Banyak Diketahui Orang, Ini Fungsi Utama Kumis Kucing

Banyak yang tidak mengetahui jika kumis kucing membantu kucing mendarat dengan selamat ketika melompat tingggi. Berikut fakta lainnya.


5 Kepribadian Kucing yang Perlu Anda Ketahui

10 hari lalu

ilustrasi kucing bengal (pixabay.com)
5 Kepribadian Kucing yang Perlu Anda Ketahui

Penting untuk memahami dan mengenali berbagai macam kepribadian kucing peliharaan Anda.


8 Tips Merawat Kucing Anggora

10 hari lalu

Pengunjung menggendong seekor kucing di MEOW Cat Cafe di Kota Gaza, 20 Agustus 2023. Selain menikmati hidangan, pengunjung dapat bermain bersama 14 kucing Persia, Anggora Turki, dan kucing hibrida di kafe ini. REUTERS/Mohammed Salem
8 Tips Merawat Kucing Anggora

Kucing anggora memerlukan perhatian khusus dalam hal perawatan bulu dan kebersihan.


7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

10 hari lalu

Ilustrasi kucing (Pixabay)
7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.


IPB Buka Fasilitas Penitipan Hewan Peliharaan, dari Kucing sampai Babi

18 hari lalu

Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) milik Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University membuka fasilitas penitipan hewan peliharaan pada saat hari raya. Fasilitas tersebut merupakan yang terbesar se-Asia Tenggara. IPB.ac.id
IPB Buka Fasilitas Penitipan Hewan Peliharaan, dari Kucing sampai Babi

Fasilitas milik Rumah Sakit Hewan Pendidikan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University ini diklaim yang terbesar se-ASEAN.


Tempat Penitipan Hewan Peliharaan Laris Jelang Lebaran, Berapa Tarifnya?

18 hari lalu

Ilustrasi penitipan hewan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Tempat Penitipan Hewan Peliharaan Laris Jelang Lebaran, Berapa Tarifnya?

Tempat penitipan hewan, terutama kucing dan anjing, banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yang hendak mudik lebaran.


Sastrawan Yudhistira Massardi Berpulang, Berikut Karya dan Penghargaan Sepanjang Kariernya

23 hari lalu

Makam sastrawan Yudhistira Massardi di TPU Pedurenan, Bantar Gebang, Bekasi, Rabu, 3 April 2024. Foto: Istimewa
Sastrawan Yudhistira Massardi Berpulang, Berikut Karya dan Penghargaan Sepanjang Kariernya

Sastrawan Yudhistira Massardi meninggal dalam usia 70 tahun pada Selasa 2 April 2024 di RSUD Bekasi. Ini karya dan penghargaan yang diterimanya.


Karya Abadi Yudhistira Massardi, Arjuna Mencari Cinta dari Trilogi Novel Hingga Layar Lebar

23 hari lalu

Novel Arjuna Mencari Cinta karya Yudhistira Massardi. Gramedia
Karya Abadi Yudhistira Massardi, Arjuna Mencari Cinta dari Trilogi Novel Hingga Layar Lebar

Arjuna Mencari Cinta, novel populer karya Yudhistira Massardi pernah difilmkan pada 1979. Judul novelnya pernah dikutip jadi lagu dan sinetron.


Jika Ditinggal Mudik Lebaran, Berapa Lama Kucing Bertahan Tanpa Makan?

25 hari lalu

Seekor kucing liar tampak duduk di atas tiang pembatas dekat Zebra Cross saat pekerja kantoran dan warga menyeberangi jalan, di Jalan Dr. Prof. Satrio, Karet Kuningan, Jakarta Selatan, Senin, 12 Februari 2024. Berdasarkan data Pet Secure, Indonesia masuk dalam negara dengan populasi kucing terbanyak di dunia. TEMPO/Imam Sukamto
Jika Ditinggal Mudik Lebaran, Berapa Lama Kucing Bertahan Tanpa Makan?

Kucing merupakan makhluk hidup yang butuh makan. Namun apa jadinya jika kucing kekurangan makan karena tertinggal saat mudik.


5 Tips Merawat Kucing Setelah Melahirkan

27 hari lalu

Ilustrasi kucing anggora (unsplash/Hiroko Sekine)
5 Tips Merawat Kucing Setelah Melahirkan

Berikut adalah beberapa langkah penting untuk membantu merawat kucing dan bayinya setelah persalinan.