TEMPO.CO, Singapura – Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengatakan orang-orang yang terlibat kasus dugaan pencurian uang dari lembaga pengelola dana investasi 1Malaysia Development Berhad atau 1MDB bakal menjalani proses pengadilan yang adil.
Baca:
Ini juga berlaku untuk bekas PM Najib Razak, yang dikalahkan Mahathir pada pemilu Mei 2018, dan sedang menjalani persidangan untuk kasus pencucian uang 1MDB.
“Kami meyakini pentingnya penegakan hukum. Apapun yang dikatakan hukum, kami akan menerimanya,” kata Mahathir kepada CNBC dalam wawancara pada Senin dan dilansir pada Selasa, 13 November 2018.
Mahathir mengatakan ini menanggapi pertanyaan apakah Najib bakal mendapatkan proses pengadilan yang adil terkait kasus dugaan penggelapan dana 1MDB ini.
Baca:
“Saya harus akui dalam pemerintahan sebelumnya ada upaya untuk mengganggu lembaga peradilan. Tapi kami menginginkan sistem peradilan yang bebas dan kami berharap prosesnya tidak berjalan bias,” kata Mahathir.
Najib terkena dakwaan melakukan tindak pidana pencucian uang terkait hilangnya miliaran dolar atau puluhan triliun rupiah dana dari 1MDB. Tokoh sentral dalam praktek dugaan korupsi besar-besaran ini adalah pengusaha asal Malaysia, Low Taek Jho atau Jho Low. Saat ini, Jho Low masih buron.
Skandal ini terungkap lewat pemberitaan media Wall Street Journal, yang berhasil melacak aliran dana miliaran dolar dari 1MDB ke sejumlah perusahaan cangkang dan rekening pribadi di sejumlah negara.
Baca:
Kementerian Kehakiman AS menuding Najib menerima transfer setidaknya US$681 juta atau sekitar Rp10 triliun. Dana itu berasal dari penerbitan obligasi pada 2013, yang difasilitasi lembaga keuangan Goldman Sachs.
Kasus ini terungkap dan mulai diinvestigasi di 6 wilayah hukum berbeda. Perkembangan terbaru menunjukkan kementerian Kehakiman AS membuka dokumen dakwaan menuding Low dan seorang rekannya melakukan pencucian uang miliaran dolar dari 1MDB.
Baca:
Keterlibatan Najib dalam mega skandal 1MDB ini menjadi salah satu alasan kembalinya Mahathir ke panggung politik Malaysia. Meski telah berusia 93 tahun, seperti dilansir Channel News Asia, Mahathir berhasil mengalahkan anak didik politiknya itu pada pemilu Mei 2018. Mahathir disokong Koalisi Pakatan Harapan, yang terdiri dari empat partai kecil.