TEMPO.CO, Jakarta - Stadion Mattoangin Gelora Andi Mattalatta yang dulu dikenal dengan nama Stadion Mattoangin akan menjadi tempat pertandingan bergengsi Liga 1, Jumat ini, 16 November 2018, antara tuan rumah PSM Makassar dan Persija Jakarta.
Seperti sosok PSM dan Persija yang legendaris karena merupakan tim terkemuka pada era kompetisi Perserikatan PSSI tempo dulu sampai Liga 1 sekarang, Stadion Andi Mattalatta yang juga biasa disebut Stadion Mattoangin ini juga merupakan tempat bersejarah.
Stadion ini antara lain menjadi pusat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-4 pada 1957.
Kapasitasnya sekarang belum terlalu besar, yaitu 15 ribu penonton. Tapi, stadion menyimpan sejarah kecintaan warga Makassar terhadap sepak bola, sejak era bonden atau perserikatan PSSI periode 1970-an sampai Liga 1 sekarang. Adapun kompetisi bonden perserikatan PSSI warisan dari Belanda dimulai pada 1930-an.
Nama stadion dari Stadion Mattoangin berganti menjadi Stadion Andi Mattalatta untuk menghormati Mayjen H. Andi Mattalatta yang merupakan ketua penyelenggara PON IV di Makassar.
Stadion ini menjadi saksi dari kejayaan dan kemeriahan ingar-bingar persepakbolaan Indonesia pada masa lalu dan akan kembali menjadi saksi dari pertandingan yang bisa menentukan peluang juara Liga 1 2018, Jumat mendatang, antara tuan rumah PSM dan Persija.
Di salah satu kawasan Stadion Andi Mattalatta ini dulu juga menjadi tempat penginapan para PSM seperti yang dialami penulis ketika menginap di sana pada periode 1990-an.
Tak jauh dari kawasan Mattoangin, pada periode itu digelar diskusi seru tentang masa depan PSM Makassar di sebuah hotel di dekat Pantai Losari. Pelatih PSM saat itu adalah Syamsuddin Umar, yang juga salah satu legenda pemain PSM.
Bersama Lapangan Karebosi, Stadion Andi Mattalatta ini menjadi ikon dan ruang pertemuan bagi warga Makassar dan sekitarnya.
Kini PSM sudah ditangani pelatih asal Belanda, Robert Rene Alberts. Pelatih Persija pun juga saat ini dari mancanegara, yaitu Stefano Cugurra Teco dari Brasil.
Bersama Alberts dan Teco, prestasi dan perkembangan manajemen PSM dan Persija sudah beranjak jauh. Meski demikian, ketika tampil di arena internasional, evolusi mereka tergolong lambat –sebagaimana prestasi tim nasional setelah puluhan tahun.
Tapi, seperti atmosfir diskusi yang begitu seru di hotel pinggir Pantai Losari 1990-an itu, fanatisme dan sikap militan tetap menjadi bagian penting yang menghidupi Mattoangin, PSM, Persija, dan persepakbolaan nasional sejak puluhan tahun lalu sampai sekarang.