TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan penguatan rupiah hari ini karena pelaku pasar melihat kebijakan moneter yang prudensial, hati-hati, menjaga inflasi dan menjaga defisit ekspor impor barang dan jasa.
Baca: BI Pastikan Defisit Transaksi Tak Bebani Rupiah, Caranya?
"Itu di-apreciate oleh market sehingga market kemudian memberikan apresiasinya kepada aset-aset Indonesia, kemudian juga bagaimana kebijakan fiskal yang konservatif," kata Mirza di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Jumat, 16 November 2018.
Mirza mengatakan defisit neraca perdagangan tahun depan ditargetkan turun dari 1,8 persen PDB.
"Itu juga menunjukkan bahwa pemerintah dari sisi fiskal itu juga hati-hati dan structural reform, paket-paket kebijakan yang diumumkan pemerintah terus untuk membuat ease of doing bussiness terus membaik, itu diterima pasar dengan baik," ujar Mirza.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat hari ini. Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di angka Rp 14.594 pada 16 November 2018.
Angka tersebut menunjukkan penguatan 170 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 14.764 pada 15 November 2018. Sedangkan pada 15 November 2018, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah, yaitu Rp 14.838 dan kurs beli Rp 14.690.
Angka Rp 15 ribu per dolar AS pertama kali terjadi pada 3 Oktober 2018. Sedangkan pada pergerakan Jumat, 2 November kembali menyentuh Rp 14 ribu.
Adapun dalam situs RTI rupiah pada pukul 14.50 berada di angka Rp 14.562. Hal itu menunjukkan penguatan 0,70 persen atau 103 poin. Pergerakan terlemah berada di Rp 14.665 dan terkuat Rp 14.560 per dolar AS.