TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Indonesia National Air Carrier Association (INACA) I Gusti Ngurah Ashkara Danadiputra alias Ari Askhara membantah adanya praktik oligopoli di balik melambungnya harga tiket pesawat dalam beberapa waktu terakhir. Ari yang juga Direktur Utama Garuda Indonesia itu menduga perusahaan ikut menaikkan tarif penerbangan setelah perusahaannya mulai mengerek harga tiket.
Baca: Faisal Basri: Ada Indikasi Oligopoli Kenaikan Harga Tiket Pesawat
"Mereka (maskapai lain) enggak naik-naik karena Garuda enggak naik. Tapi karena saya perlu menyehatkan Garuda, jadi kita naikkan (harga tiketnya)," ujar Ari di Penang Bistro, Jakarta, Selasa, 15 Januari 2019. "Karena mereka juga sudah kebelet, ya naik juga sama-sama."
Ari membantah adanya kesepakatan antar maskapai untuk menaikkan harga bersama-sama. Kesepakatan itu baru terjadi ketika maskapai-maskapai menyatakan akan menurunkan harga tiket pesawat yang telah melambung itu, beberapa hari yang lalu.
"Nah yang sepakat itu saat menurunkan harga. Kalau sepakat menaikkan, harganya bisa sama dong," kata Ari. "Kalau begitu baru namanya oligopoli, tapi ini kan karena saya (Garuda) naik, ya mereka juga naik."
Sebelumnya, ekonom Faisal Basri meminta Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk memastikan ada tidaknya kolusi antar maskapai di balik melambungnya harga tiket pesawat beberapa waktu ke belakang. "Ini kan aneh ya, mereka menaikkan dan menurunkan harga sama-sama," ujar Faisal.
Apalagi secara rekam jejak, kata Faisal, KPPU pernah menjatuhkan hukuman kepada sembilan maskapai penerbangan pada 2010 lalu. "Presedennya ada," tutur diia. Kala itu sembilan maskapai tersebut mesti membayar denda dan ganti rugi senilai total Rp 700 miliar setelah terbukti melakukan kartel penetapan harga fuel surcharge sejak 2006 hingga 2009.
Di samping itu, Faisal melihat secara tidak langsung bisnis maskapai di dalam negeri secara tidak langsung memang semakin mengerucut kepada oligopoli, setelah Garuda Indonesia belakangan mengambil alih operasional NAM Air dan Sriwijaya Air. "Bisa ditanyakan juga dari sisi dimensi persaingan seperti apa."
Berbeda dengan beberapa tahun yang lalu di mana bisnis penerbangan masih diramaikan oleh banyak pemain seperti Merpati, Sempati, hingga Batavia Air, Faisal mengatakan pelaku usaha penerbangan di Indonesia semakin mengerucut. Bahkan, apabila dilihat berdasarkan rute penerbangan, variasi maskapai yang bisa dipilih konsumen semakin sedikit.
Persoalan oligopoli ini juga menurut Faisal bisa menjadi salah satu penyebab meroketnya harga tiket pesawat. Ia mengambil contoh apabila mau terbang dari Batam ke Jakarta, penumpang akan lebih murah bila menyeberang dulu ke ingapura. "Dari Singapura pilihannya banyak sekali, kalau di Indonesia sedikit," kata dia. "Kuncinya adalah memperbanyak pelaku."
Baca: KPPU Duga Sejumlah Maskapai Jual Tiket Lampaui Tarif Batas Atas
Senada dengan Faisal, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi mengatakan KPPU harus menindaklanjuti fenomena naik turun harga tiket pesawat belakangan ini. "Jangan-jangan ada oligopoli atau kartel? Kemarin mereka jumpa pers mau menurunkan harga bareng-bareng, jangan-jangan ada kesepakatan jahat," kata dia.