TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan dalam lima tahun ke depan, tantangan bagi Kabinet Jokowi jilid II adalah pergeseran sektor bisnis. Dia mengatakan, perbankan pun mesti mengeser lini bisnis korporasi ke sektor retail.
"Jadi perbankan memang harus bergeser. Kalau tadinya perbankan lebih banyak fokus pada komoditas, sekarang harus bergeser ke yang sifatnya retail. Supaya tidak lagi fokus ke sektor-sektor yang terkena dampak perang dagang," kata Kartika yang juga Direktur Utama Bank Mandiri ini kepada media di Jakarta, Jumat 18 Oktober 2019.
Kartika mengatakan, pergeseran lini bisnis ke sektor retail dari korporasi perlu dilakukan sebab dari sisi permintaan kosumen, sektor ini masih berpotensi untuk naik. Beberapa sektor retail yang bisa dimasuki adalah healthcare (layanan kesehatan), pariwisata, consumer goods (barang konsumsi) hingga perumahan sektor menengah ke bawah.
Di sektor perumahan misalnya, perbankan harus mulai bergeser kepada pemberian kredit yang lebih murah, khususnya di bawah Rp 1 miliar, bahkan di bawah Rp 500 juta. Selain itu, perbankan bisa pula masuk kepada pemberian kredit kendaraan bermotor (mobil) ke harga sekitar Rp 200 juta.
Kemudian, Kartika juga mengatakan, bank-bank nasional juga harus mulai membangun kerja sama baik dengan perusahaan financial technology (fintech) layanan pinjam meminjam online, maupun dengan ekosistem e-commerce. Hal ini bisa bermanfaat, khususnya bagi bank untuk bisa menjangkau ke pasar ultramikro.
"Jadi tantangan ke depan, saya rasa lebih baik environment-nya. Memang, bank yang menengah dan kecil yang harus berubah jadi lebih digital dan lebih kerja sama dengan fintech," kata Kartika.
Kartika juga menuturkan saat ini kondisi perbankan telah membaik, sejalan dengan kondisi likuiditas yang telah melonggar. Hal ini terlihat dari kondisi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) selama triwulan II dan III 2019. Menurut catatan, DPK sudah meningkat ke angka di atas 7 persen dari sebelumnya sempet turun di bawah 6 persen.
"Harapan kami memang dengan pemerintahan kabinet Jokowi baru, optimisme muncul dan masuk capital inflow. Likuditas bisa melonggar dan pertumbuhan bisa balik pertumbuhan kredit bisa kembali di atas 10 persen," kata Kartika.