Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Alasan Puncak Jaya Bersalju dan Terancam Perubahan Iklim

image-gnews
Puncak Jaya. TEMPO/Rully Kesuma
Puncak Jaya. TEMPO/Rully Kesuma
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Puncak Jayawijaya atau Puncak Jaya, Papua, menjadi daya tarik tersendiri karena dilapisi salju yang sempat dianggap aneh karena lokasinya di daerah tropis. Menurut peneliti dari Balai Arkeologi Papua Hari Suroto, Puncak Jaya adalah satu-satunya yang masih memiliki gletser dan terancam hilang akibat pemanasan global.

Hari menerangkan mengapa hingga sampai saat ini puncak yang banyak peta dunia menjulukinya Carstensz atau Carstensz Top itu masih memiliki gletser. "Puncak Jaya berada di tempat paling tinggi di Papua dan Papua Nugini, temperatur udaranya sangat rendah dan mendekati titik beku," ujar dia kepada Tempo, Jumat, 21 Februari 2020.

Sebenarnya, bukan hanya Puncak Jaya saja yang memiliki salju, gunung lain di Papua juga konon dulu puncaknya diselimuti salju, tapi hilang karena pemanasan global. Kini, Hari meneruskan, salju di Puncak Jaya juga terancam hilang menyusul gunung-gunung lain.

Menurut Hari, salju semakin berkurang karena perubahan iklim, ditambah letak gletser Puncak Jaya berada di daerah tropis yang relatif rendah turut berpengaruh. "Gletser memiliki mikro ekosistem yang rumit dan sensitif. Sekali mencair, laju penyusutan akan sulit dihentikan," kata arkeolog lulusan Universitas Udayana itu.

Pada tahun 2010, gletser Puncak Jaya memiliki ketebalan 32 meter, kemudian menyusut sebanyak tujuh meter per tahun. Gletser yang merupakan peninggalan Zaman es itu juga merupakan gletser tropis yang rentan pada perubahan iklim. "Kondisi saat ini, gletser Puncak Jaya kurang dari 100 hektare. Padahal dulu 2.000 hektar," tutur Hari.

Jadi gletser tropis di salah satu puncak tertinggi di dunia yang disejajarkan dengan Puncak Himalaya dan Puncak Andes itu telah kehilangan 85 persen luasnya sejak beberapa dekade terakhir. Gletser-gletser di puncak ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut itu terancam punah, karena pembentukan es tidak ada lagi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal senada dikatakan ahli geologi dari Ohio State University yang memperkirakan gletser di Puncak Jaya terancam hilang karena mencair akibat pemanasan global. "Diperkirakan esnya akan bertahan beberapa tahun lagi," kata Lonnie Thompson, peneliti senior dari pusat riset Ohio State's Byrd Polar, seperti dikutip Science Daily, beberapa waktu lalu.

Menurut Thomson, yang juga profesor dari School of Earth Sciences, salju yang menutupi Puncak Jaya mulai menyusut beberapa tahun terakhir. Dari hasil citra satelit menunjukkan luasan es di pegunungan itu telah hilang sekitar 80 persen sejak 1936 atau dua pertiga dari ekspedisi ilmiah terakhir yang dilakukan di tempat itu pada awal 1970.

Thompson mengambil tiga sampel inti es dari Puncak Jaya. Penelitian itu merupakan hasil kerja sama National Science Foundation, perusahaan tambang Freeport, serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Hari mempertegas bahwa laju penurunan es meningkat menjadi lima kali lebih cepat hanya beberapa tahun terakhir. Kemudian perlahan hilangnya gletser di Puncak Jaya juga disebabkan oleh aktivitas manusia.

"Seperti alih fungsi hutan, penambangan dalam skala luas, penebangan hutan untuk pembangunan jalan. Solusinya yaitu menghijaukan kembali hutan yang gundul atau lahan kosong, ini untuk mengurangi emisi gas rumah kaca," kata Hari.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Setelah Bupati Divonis, Giliran Camat di Samosir Ditahan Gara-gara Ubah Hutan Lindung jadi Permukiman Perambah

10 jam lalu

Mantan Camat Harian Waston Simbolon menjadi tersangka dan ditahan Kejati Sumut, Rabu, 8 Mei 2024. Foto: Istimewa
Setelah Bupati Divonis, Giliran Camat di Samosir Ditahan Gara-gara Ubah Hutan Lindung jadi Permukiman Perambah

Giliran mantan Camat Harian Waston Simbolon menjadi tersangka kasus mengubah hutan menjadi permukiman bagi perambah.


Para Ilmuwan Gambarkan Situasi Dunia Bila Suhu Global Menembus Batas 1,5 Derajat Celcius

23 jam lalu

Sisifus. Ilustrasi TEMPO/Imam Yunianto
Para Ilmuwan Gambarkan Situasi Dunia Bila Suhu Global Menembus Batas 1,5 Derajat Celcius

Survei besutan The Guardian menggambarkan pandangan para ahli mengenai situasi distopia akibat efek pemanasan global. Bencana iklim mendekat.


Bupati Solok Selatan Dipanggil Kejati Sumbar Dugaan Korupsi Lahan Hutan untuk Ditanami Sawit

2 hari lalu

Bupati Solok Selatan Khairunnas keluar dari Kejati Sumbar pada Rabu 8 Mei 2024 usai melaksanakan pemeriksaan terkait kasus dugaan korupsi penggunaan lahan negara tanpa izin.
Bupati Solok Selatan Dipanggil Kejati Sumbar Dugaan Korupsi Lahan Hutan untuk Ditanami Sawit

Asisten Pidsus Kejati Sumbar Hadiman menjelaskan pemanggilan Bupati Solok Selatan itu terkait kasus dugaan korupsi penggunaan hutan negara tanpa izin.


Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

2 hari lalu

Ilustrasi gelombang panas ekstrem.[Khaleej Times/REUTERS]
Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.


Vietnam Buka Tur di Tengah Hutan Malam Hari, Apa Saja yang Bisa Dinikmati?

3 hari lalu

Taman Nasional Cuc Phuong Vietnam (ninhbinhtouristcenter.com)
Vietnam Buka Tur di Tengah Hutan Malam Hari, Apa Saja yang Bisa Dinikmati?

Cuc Phuong di Veitnam merupakan taman nasional tertua dan terbesar di Vietnam, banyak hal yang ditawarkan kepada wisatawan.


5 Manfaat Energi Terbarukan yang Harus Dilestarikan

3 hari lalu

Koalisi dari organisasi masyarakat sipil dari Greenpeace Indonesia, Enter Nusantara, dan Market Forces menggelar aksi bersepeda di Car Free Day Jakarta pada Minggu, 5 Mei 2024. Dalam aksi ini mereka meminta agar perbankan berhenti berinvestasi terhadap energi kotor dan beralih ke energi terbarukan. Dok: Istimewa
5 Manfaat Energi Terbarukan yang Harus Dilestarikan

Energi terbarukan perlu dijaga kelestariannya untuk generasi mendatang karena memiliki beberapa manfaat. Simak 5 manfaat energi terbarukan.


Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

3 hari lalu

Sisifus. Ilustrasi TEMPO/Imam Yunianto
Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.


Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

6 hari lalu

Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat thermometer pengukur suhu udara di Taman Alat Cuaca BMKG Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2023. BMKG memprediksi musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan berlangsung hingga akhir Oktober dan awal musim hujan terjadi pada awal November 2023. Tempo/Tony Hartawan
Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG


Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

8 hari lalu

Foto udara penyedia jasa angkutan membawa pengendara sepeda motor melewati perkebunan kelapa sawit di tepi Jalan Lintas Jambi-Suak Kandis yang terputus akibat terendam banjir luapan Sungai Kumpeh di Pulau Tigo, Muaro Jambi, Jambi, Minggu, 25 Februari 2024. Penyedia jasa mematok tarif Rp10 ribu per motor untuk penumpang umum dan Rp5 ribu per motor untuk pelajar. ANTARA/Wahdi Septiawan
Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.


Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

8 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024). ANTARA.
Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.