TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai langkah Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur BI pekan ini menjadi sentimen positif di pasar modal. Langkah tersebut mengindikasikan bank sentral independen.
"BI lebih mengutamakan stabilitas keuangan dalam mendukung perekonomian Indonesia dan mengindikasikan Bank Sentral tetap independen," ujar Hans dalam keterangan tertulis, Ahad, 20 September 2020. Meskipun laju inflasi di Tanah Air hingga saat ini masih cukup rendah, Hans menduga langkah BI menahan penurunan suku bunga adalah lantaran volatilitas rupiah.
Di samping itu, ia mengatakan pelaku pasar juga menyambut baik penyataan BI yang memastikan bahwa perjanjian berbagi beban dengan pemerintah hanya dilakukan hingga akhir 2020. "Gubernur BI Perry Warjiyo juga mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah menjanjikan akan mempertahankan kebijakan moneter BI tetap independen."
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 September 2020 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate atau BI7DRR di level 4,00 persen. Adapun suku bunga Deposit Facility tetap 3,25 persen, dan suku bunga Lending Facility 4,75 persen.
"Keputusan ini mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah inflasi yang diprakirakan tetap rendah," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam siaran virtual RDG, Kamis, 17 September 2020.