TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memprediksi hujan di Sulawesi bagian utara dari Palu hingga Manado akan terjadi secara persisten atau menerus pada 15 September 2021. Potensi itu karena anomali penguatan angin baratan dari Kalimantan Timur yang dapat menghasilkan badai atau cuaca ekstrem.
“Masyarakat di wilayah tersebut diharapkan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir dan longsor pada dua-tiga hari mendatang,” kata peneliti klimatologi Erma Yulihastin, Senin, 13 September 2021.
Menurutnya lewat keterangan tertulis, kejadian rangkaian banjir terjadi di sejumlah wilayah di Sulawesi bagian utara seperti Luwu dan Bolaang Mongondow sejak 11 September 2021. Banjir di wilayah itu dikabarkan terus meluas hingga 982 warga terdampak dan merendam lebih dari 800 hektare area persawahan dan tambak.
Peningkatan intensitas hujan di Sulawesi, kata Erma, telah terjadi sejak 5 September 2021 karena efek pemanasan suhu permukaan laut di Laut Maluku sebelah timur Sulawesi. Kondisi itu berinteraksi dengan angin monsun dari tenggara.
Hasilnya menimbulkan front atau pertemuan dua massa yang berbeda. Front hangat itu berperan dalam membentuk dan mengonsentrasikan awan-awan konvektif di Sulawesi, khususnya di bagian utara.
Selain itu, menurut Erma, pembentukan dua siklon tropis Concon dan Chanthu di sekitar Filipina juga berperan dalam memperkuat sirkulasi angin tenggara yang melintas di atas Sulawesi. Dukungan kelembapan yang dihasilkan dari menghangatnya suhu permukaan laut dan penguatan angin menjadi faktor penyebab hujan turun sejak 8-11 September 2021 hingga banjir yang meluas di Sulawesi utara.
Baca:
Banjir Kalimantan Tengah Meluas, 3.000 Warga Dua Kabupaten Mulai Terdampak