Artinya defisit perdagangan nonmigas mencapai US$ 5,6 miliar. Kenaikan defisit sebesar US$ 1 miliar dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, bertambahnya nilai defisit perdagangan karena kenaikan impor dari negri tirai bambu itu. "Apa yang terjadi, impor dari Cina naik, tapi impor dari negara lain turun. Jadi ada peralihan pembelian," kata Mari hari ini.
Menurut Mari, kondisi ini justru menguntungkan Indonesia. Sebab, terjadi peningkatan impor barang modal dan bahan baku penolong. "Impor dari Cina terutama barang modal dan bahan baku penolong lebih murah daripada impor dari Jepang dan Amerika," kata dia.
Sebagai gambaran, impor beberapa barang modal dari Cina memang lebih tinggi dibanding Jepang dan Amerika. Misalnya, impor mesin dan peralatan listrik dari Cina pada 2010 mencapai US$ 4,875 miliar.
Sementara impor mesin dan peralatan listrik dari Jepang hanya US$ 1,952 miliar. Adapun impor produk yang sama dari Amerika sebesar US$ 417 juta. Kenaikan impor barang modal dan bahan baku pun seiring dengan pertumbuhan industri manufaktur.
Pertumbuhan industri manufaktur 2010 sebesar 4,41 persen. "Naik 4 kali lipat dibanding tahun sebelumnya," ujar Mari.
Lebih lanjut Mari mengungkapkan, defisit perdagangan dengan Cina bukan merupakan masalah besar. Sebab, di saat bersamaan Indonesia juga mengalami surplus perdagangan dengan negara lain seperti India. "Kita tidak mengejar surplus dengan semua negara karena struktur ekonomi berbeda," kata Mari.
Saat ini, menurutdia, hal yang penting Indonesia tetap mengalami surplus pada total perdagangan. "Surplus perdagangan 2010 meningkat jadi US$ 22,1 miliar dibanding 2009 yang hanya US$ 19,7 miliar," ucapnya.
EKA UTAMI APRILIA