TEMPO Interaktif, Jakarta - Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia (Sekarga) menyesalkan kasus pelecehan dalam proses rekrutmen awak kabin Garuda di Korea. “Bila kasus ini benar-benar terjadi, kami ingin Direktur Utama, Direktur Personalia, dan Direktur Operasional bertanggung jawab,” kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia, Tomy Tampatty, saat dihubungi pada Jumat, 26 Agustus 2011.
Selama ini pola rekrutmen karyawan yang dilakukan PT Garuda Indonesia masih jauh dari profesional. “Tidak ada batas-batas yang jelas,” kata Tomy.
Meski tak menjelaskan detail mengenai pola rekrutmen awak kabin yang selama ini berlangsung di PT Garuda, Tomy menyoroti kompetensi para dokter di Garuda. Saat ini di PT Garuda lebih banyak dokter-dokter baru, sedangkan dokter yang berkompeten justru tidak bertugas.
Dari informasi yang diterimanya, kata Tomy, proses rekrutmen di Korea juga memiliki kejanggalan. Proses rekrutmen di Korea dilakukan langsung Vice President Garuda Sentra Medika. Ia mempertanyakan mengapa seorang vice president harus turun tangan langsung untuk melakukan rekrutmen. Sebab, proses rekrutmen seperti itu dapat dilakukan para dokter Garuda lainnya.
“Bila memang terbukti, kami ingin dokter itu dipecat dengan tidak hormat,” kata Tomy. Ia juga menyatakan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus meminta pertanggungjawaban para direktur Garuda berkaitan dengan kasus ini. Saat ini Sekarga juga berniat akan membuat sebuah konferensi pers terkait dengan kasus rekrutmen di Korea.
Sebelumnya, Kantor Berita Korea Selatan, Yonhap, menyatakan maskapai pelat merah ini melakukan pelecehan seksual terhadap calon pramugari dalam proses rekrutmen yang dilakukan. Para calon awak kabin diperintahkan melepas semua pakaiannya kecuali pakaian dalam untuk menjalani pemeriksaan kesehatan.
Dokter yang memeriksa ini meraba payudara para calon awak kabin dengan alasan memeriksa implan. Pemasangan implan, menurut aturan perusahaan, dianggap membahayakan awak kabin ketika bertugas.
PT Garuda Indonesia merekrut awak kabin asal Korea untuk mendukung pelayanan maskapai ini pada rute ke Korea yang dilakukan lima kali penerbangan dalam sepekan. PT Garuda juga merekrut pramugari asal Cina dan Jepang untuk rute Jakarta-Cina dan Jakarta-Jepang.
Sebelumnya, manajemen PT Garuda Indonesia menegaskan tidak pernah melakukan pelecehan calon pramugari asal Korea. "Kejadian atau pemberitaan yang diduga kurang pantas tersebut adalah tidak benar," kata Vice President Corporate Communications, Pujobroto.
Menurut Pujobroto, proses pemeriksaan kesehatan terhadap calon pramugari dari Korea tersebut dilakukan oleh dokter sesuai dengan standar profesi, dan terikat sumpah dokter. Pada saat pemeriksaan, dokter juga didampingi staf lokal wanita berwarga negara Korea. "Staf tersebut membantu menyampaikan penjelasan berkaitan dengan pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan," kata dia.
FRANSISCO ROSARIANS