TEMPO Interaktif, Makassar - Warga Kajang berharap pemerintah segera turun tangan dalam menyelesaikan konflik yang melibatkan warga setempat dengan PT London Sumatera (Lonsum). Rahmat, 31 tahun, salah seorang warga yang juga pendamping korban penembakan Ansu bin Hallang, mengaku sudah banyak korban akibat sengketa lahan tersebut.
"Pemerintah harus turun untuk menyelesaikan persoalan ini sampai ke akar masalah," kata Rahmat yang ditemui Tempo, Sabtu, 8 Oktober 2011, di Rumah Sakit Ibnu Sina saat menjenguk korban penembakan Brigade Mobil (Brimob).
Rahmat menuturkan akar masalah hingga jatuh korban baik yang tertembak anggota Brimob maupun yang ditangkap disebabkan oleh tak jelasnya persoalan kepemilikan lahan. Ia mengatakan Ansu ditembak di lokasi yang masih bersengketa. "Lahan itu sudah kami menangkan di Mahkamah Agung. Lalu di tahun 2003, terjadi peristiwa ketika kami dikejar (Brimob), PT Lonsum mengambil kesempatan dengan menanam. Jadi sebenarnya siapa yang mencuri," kata Rahmat.
Ia mengatakan kasus yang melibatkan warga setempat dengan PT Lonsum sudah sangat parah dan butuh solusi penyelesaian. Rahmat mengatakan setiap ada pergantian jaga Brimob, juga selalu ada peristiwa menimpa warga, baik penangkapan maupun penembakan. "Setiap malam mereka menembakkan senjata. Lalu kalau ada pergantian, kalau bukan ada yang ditembak, pasti ada yang ditangkap," ujarnya.
Pernah, kata Rahmat, ada warga yang ditangkap dan divonis hakim 2 bulan 15 hari penjara hanya karena mengambil getah karet sebanyak 1/4 kilogram. "Dia juga tak berniat mencuri, hanya karena berbatasan saat dia mau babat rumput. Kalau dipikir, getah karet yang diambilnya nilainya Rp 2.500.”
Polisi telah memeriksa Anci, 21 tahun, saksi mata yang juga bersama Ansu saat ditembak Brimob. Rahmat yang mengaku mendampingi Anci dalam pemeriksaan menyebut Ansu ditembak tanpa adanya tembakan peringatan. "Anci mengaku dua kali mendengar tembakan dari Brimob, tembakan pertama sudah langsung mengenai Ansu," katanya.
Ia mengakui polisi telah memeriksa setidaknya dua saksi, yakni Anci dan tukang mesin PT Lonsum, Longgeng. Ada perbedaan keterangan, Anci mendengar dua kali suara tembakan, dan Longgeng mendengar empat kali suara tembakan. "Anci bilang ke polisi, Ansu ditembak 30 meter di luar karet (perkebunan). Kalau Longgeng bilang 300 meter dalam karet," katanya.
Kepala Bidang Humas Polda Sulselbar, Kombes Chevy Ahmad Sopari, mengakui pihak Propam Polda Sulselbar telah memeriksa beberapa saksi dan anggota Brimob. Dari sumber Tempo, Propam Polda masih mengagendakan pemeriksaan, termasuk terhadap korban, Ansu. Rencananya, hari Senin (10/10), ada tiga warga setempat lagi yang akan diperiksa, yakni Uto, Sampe', dan Hanne.
Chevy menambahkan, untuk saat ini, belum bisa memberikan kesimpulan atau hasil pemeriksaan. Namun, untuk sementara, katanya, tidak ditemukan adanya pelanggaran prosedur tetap dalam hal penembakan. "Ada tembakan peringatan. Sudah sesuai dengan protap," ujarnya. Lebih lanjut, ia mengatakan pihaknya tak berpihak dan akan menindak anggotanya jika terbukti bersalah.”
Ansu yang ditemui Tempo mengaku belum juga diperiksa. "Memang ada informasi kemarin (Jumat, 07/10) akan diperiksa, tapi sampai malam ditunggu, tidak ada," katanya. Ansu ditembak anggota Brimob, Senin pekan lalu sekitar pukul 17.30 wita.
Bupati Bulukumba Zainuddin Hasan yang hendak dikonfirmasi tak menjawab panggilan telepon. Pesan pendek yang dilayangkan Tempo juga belum dibalas. Kepala Bagian Humas Pemkab Bulukumba juga tak bisa dihubungi. Panggilan telepon yang dilakukan hanya tersambung ke layanan kotak surat.
TRI YARI KURNIAWAN