TEMPO.CO, Jakarta - Selama semester pertama 2011, sebanyak 23 anak Indonesia bunuh diri. Menurut catatan data Komisi Nasional Perlindungan Anak, dari data itu, jumlah terbanyak atau sembilan kasus lantaran anak mengalami putus cinta. "Enam anak punya masalah di sekolah, dan delapan anak bermasalah keluarga," ujar Samsuk Ridwan, Sekretaris Jenderal Komnas Anak, dalam Konferensi Pers Catatan Akhir Tahun 2011 Komnas Anak, Selasa 20 Desember 2011.
Sebanyak 91 persen pelaku bunuh diri adalah anak usia 13-17 tahun. Lalu 8,7 persen berusia 6-12 tahun. Berdasar klasifikasi ekonomi, seluruh kasus dialami anak dari keluarga ekonomi rendah.
Cara bunuh diri pun beragam. Terbanyak, 15 kasus, dengan gantung diri. Sisanya dengan minum racun lima kasus dan terjun dari ketinggian tiga kasus.
Putus cinta jadi penyebab anak-anak bunuh diri karena kurangnya kasih sayang dari orang tua bagi mereka di rumah. Orang tua tidak memainkan perannya dengan benar. Bahkan ada kekerasan pada anak. Anak tidak dapat kasih sayang di rumah, sehingga mereka mencari di luar. Sementara, di usia anak mendekati remaja, mereka sudah memiliki rasa ketertarikan pada lawan jenis.
Samsul menambahkan, anak yang berjarak dengan orang tua lebih dekat dengan teman sebayanya. "Anak lebih memilih dekat dengan temannya," ucap dia. Ini didukung karena angka tingkat perceraian meningkat. Perceraian membuat ratusan ribu anak menjadi korban terpisah dari salah satu orang tuanya. Komnas Anak mengutip data Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI bahwa tahun 2010 ada 285.184 kasus perceraian. "Angka ini tertinggi sejak lima tahun terakhir," kata Samsul.
ATMI PERTIWI