TEMPO.CO , PHNOM PENH:- Meski Komisi Nasional Pemilihan baru akan mengumumkan hasil pemilihan parlemen pada Sabtu mendatang, partai berkuasa, Partai Rakyat Kamboja (Cambodian People's Party), akan memenangi pemilu.
Hingga Senin 30 Januari 2012, hasil pemilihan sementara menyebutkan partai pendukung Perdana Menteri Hun Sen ini meraih 77,81 persen. Sedangkan satu-satunya partai pesaing, Partai Sam Rainsy (Sam Rainsy Party), meraih 21,93 persen.
Pemilu yang digelar pada Ahad pekan lalu untuk mengisi 57 dari 61 kursi di Senat Kamboja. Sedangkan empat kursi lainnya akan diisi lewat penunjukan oleh parlemen, Majelis Nasional, dan oleh Raja King Norodom Sihamoni.
Meski tidak meraih suara mayoritas, pada pemilu kali ini partai oposisi Sam Rainsy meraih peningkatan jumlah suara, sehingga mampu meraih 11 kursi di Senat. Pada pemilu enam tahun lalu, partai ini hanya meraih 2 kursi, Partai Rakyat Kamboja meraih 45 kursi, dan partai Funcinpec merah 10 kursi.
Sam Rainsy, pendiri partai oposisi terbesar Kamboja, menyambut pencapaian sukses partainya. Menurut dia, pencapaian ini sangat berarti karena partainya bertarung sendirian melawan partai penguasa.
"Meskipun sistem pemilu dan pernyataan media kembali sangat bias ke CPP (partai berkuasa), jika kita tetap di sana dan kita tidak hanya merawat kehadiran kita namun meningkatkannya dari 2 menjadi 11, ketika yang berkuasa menentang kita, kita haus sangat kuat melawannya," kata Sam Rainsy dari Prancis, tempat ia mengasingkan diri selama ini.
Ia juga mengungkapkan tentang upaya partai berkuasa membeli suara partainya. "Mereka berkuasa karena punya uang. Di negara miskin seperti Kamboja, partai lainnya tidak terintegrasi," ujar Sam Rainsy.
Direktur Eksekutif Comfrel--pemantau pemilu Kamboja independen--Koul Panha mengatakan lembaganya memilih tidak menunjuk stafnya untuk berpartisipasi dalam pemilu karena dana US$ 500 ribu yang telah dikeluarkan digunakan untuk pemilu yang tak berguna. "Sistem pemilu ini tidak ada artinya," ujar Panha.
Kamboja, yang menerapkan sistem dua kamar untuk parlemennya, mengadakan pemilu setiap enam tahun sekali untuk memilih anggota senat. Namun senat tidak berkuasa untuk mengajukan veto atau bahkan mengamendemen legislasi dari Majelis Nasional.
| THE PHNOM PENH POST | MARIA RITA