TEMPO.CO , Jakarta: Petinju Muhammad Afrizal meninggal, Rabu dini hari, 4 April 2012, setelah naik ring pada Sabtu, 31 Maret 2012. Dokter yang menangani Afrizal saat dilarikan ke Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia (UKI) Tunggul Marpaung mengatakan penyebab kematian Afrizal adalah cedera di kepala yang menyebabkan perdarahan otak.
“Ia mengalami cedera di kepala yang menyebabkan perdarahan otak,” tutur Tunggul ketika dihubungi hari ini. Namun, Tunggul tidak merinci apakah cedera tersebut didapat Afrizal saat bertanding pada Sabtu 31 Maret lalu atau bukan.
Afrizal meninggal Rabu pukul 04.50 di RS UKI Cawang, Jakarta. Sesaat setelah bertanding pada 31 Maret 2012 dalam perebutan gelar juara kelas bulu versi Komisi Tinju Indonesia, ia tidak sadarkan diri dan kemudian dilarikan ke rumah sakit. Ia dirawat dan sampai akhirnya mengembuskan napas terakhirnya
Dokter ring dari KTI bertugas saat pertandingan tersebut, dr. Putu Agus Parta Wirawan mengatakan dalam pemeriksaan kesehatan sebelum dan pada saat bertanding, kondisi Afrizal tidak menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Menurut Putu, pada 30 Maret lalu atau sehari sebelum pertandingan, ia memeriksa kesehatan Afrizal dan semuanya normal.
“Tekanan darah dan nadi semua dalam keadaan normal,” tutur dr. Putu dalam jumpa pers hari ini. Karena tidak ditemukan sesuatu yang membahayakan, maka Afrizal dinyatakan layak tanding.
Kemudian, pada Sabtu malam, Afrizal bertanding sekitar pukul 23.00. Dalam duel melawan Irvan Marbun, Afrizal bermain 12 ronde. Pada ronde ketiga ia memang sempat terjatuh. Tapi Afrizal masih bisa bertanding. Afrizal, lanjut Putu, memang lebih banyak menerima pukulan dari lawannya. Tapi ia tetap bisa menyelesaikan ronde ke-12.
Saat pertandingan berlangsung, dokter ring tidak menemukan beberapa gejala yang memaksanya harus memberhentikan pertandingan seperti terganggunya keseimbangan, perdarahan di mata, telinga, atau hidung dan gangguan pada penglihatan. “Kita tidak menemukan hal ini sehingga kami tidak merekomendasikan situasi bahaya,” kata Putu.
Setelah pertandingan berlangsung pun, sang dokter ring kembali melakukan pemeriksaan tapi hasil pemeriksaan kesehatan Afrizal bagus. “Tekanan darah 100 per 70 dan nadi nya 70. Kesadaran baik dan refleks pupil pun normal, ia masih bisa berbicara pada manajernya,” katanya.
Sekitar pukul 01.30 Afrizal tiba-tiba tak sadarkan diri. Ia kemudian dilarikan ke Rumah Sakit UKI sekitar pukul 03.10 pada Minggu, 1 April. Pada hari yang sama ia kemudian dioperasi. Ia terus tidak sadarkan diri dan pada hari ini akhirnya meninggal dunia.
Putu menolak disalahkan karena gagal mengawasi kesehatan Afrizal saat pertandingan. “Tidak ada tanda-tanda untuk memberhentikan. Ia sendiri mengaku masih sanggup melanjutkan,” tutur Putu.
ANANDA W. TERESIA