TEMPO.CO, Surabaya - Taman Bungkul barangkali belum banyak dikenal orang masyarakat di luar Surabaya. Namun, pada 26 November 2013 lalu, taman ini meraih penghargaan internasional The 2013 Asian Townscape Sector Award di Fukuoka, Jepang. Taman Bungkul menjadi satu-satunya taman di Indonesia yang meraih penghargaan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu.
Taman ini dinilai layak mendapat penghargaan itu karena memiliki fungsi sosial, budaya, rekreasi, dan pendidikan. Taman Bungkul juga dilengkapi berbagai sarana pendukung, seperti jogging track, taman bermain anak, akses Internet nirkabel, amfiteater, dan arena skateboard. Nuansa religi di taman seluas 900 meter persegi itu makin terasa karena terdapat makam Sunan Bungkul di sisi timur.
Pemerintah Kota Surabaya membuka ruang terbuka hijau di Jalan Raya Darmo itu 24 jam nonsetop. Untuk mencegah tindakan negatif pengunjung, petugas Satuan Polisi Pamong Praja dan aparat Perlindungan Masyarakat (Linmas) berjaga di tempat tersebut.
Salah seorang anggota Linmas, Taufiq Dany Saputra, mengatakan keamanan di Taman Bungkul sangat ketat. Hal itu untuk menghindari pandangan jelek dari peziarah makam Sunan Bungkul.
Biasanya, dia menjelaskan, setelah dari makam Sunan Bungkul, para peziarah istirahat di taman. "Jika melihat ada orang yang berpacaran sampai berpelukan, mereka akan beranggapan jelek terhadap taman ini. Hal seperti itu tidak diinginkan oleh Ibu Wali Kota," kata Taufiq.
Baca Juga:
Menurut Taufiq, keamanan dari Linmas terdiri dari 10 orang. Adapun dari Satpol PP dua regu, yang masing-masing regu beranggotakan 10 petugas. Setiap petugas telah memiliki sif sendiri-sendiri.
Sif pertama mulai pukul 07.00-15.00, sif kedua pukul 15.00-23.00, dan sif ketiga pukul 23.00-07.00. “Jadi, dalam 24 jam, kami pihak keamanan selalu mengawasi Taman Bungkul,” kata Taufiq.
Selama 24 jam, petugas bergantian mengelilingi Taman. Mereka menyebar ke seluruh penjuru dan titik-titik tertentu untuk memastikan bahwa tidak ada kejadian-kejadian ganjil di Taman Bungkul.
Taufik menambakan, dia pernah bertemu lelaki bule yang mengaku dari Jerman. Orang Jerman itu minta didampingi mengelilingi Taman Bungkul dan juga minta diantarkan ke Madura.
MUHAMMAD SYARAFFAH
Berita Lain:
Kerusuhan Pecah di Little India Singapura
Ini yang Membuat Mandela Kagum pada Fidel Castro
Alasan Obama Ogah Pakai iPhone
Kronologi Kerusuhan di Little India, Singapura
Kerusuhan Pertama dalam Sejarah Singapura