TEMPO.CO , SURABAYA: - Ketua Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) Rachmad Shah mengatakan sebagian besar satwa limpahan Kebun Binatang Surabaya mati. "Banyak yang tidak bisa diselamatkan lagi," kata Rachmad yang juga Direktur Taman Satwa Pematang Siantar kepada Tempo, Senin sore, 20 Januari 2014.
Rachmad tidak menyebutkan berapa jumlah satwa limpahan KBS yang mati. "Dalam perut satwa ada plastik serta lidi," kata Rachmad. Sebagian besar satwa itu tidak dapat diselamatkan. Dia juga mengatakan pemindahan satwa itu sudah sesuai dengan prosedur. "Satwa itu milik negara. Bahkan kalau saya boleh ngomong, satwa yang mungkin anda piara di rumah juga milik negara," katanya.
Satwa yang ada di lembaga konservasi manapun itu merupakan titipan negara. "Bagaimana kemudian upaya untuk menyelamatkan satwa agar tidak mati," katanya. Dokumen Berita Acara Evaluasi Kesehatan dan Pengelolaan Satwa KBS yang diperoleh Tempo menyebutkan sejumlah rekomendasi. Rekomendasi itu antara lain bagi satwa surplus, segera dilakukan tindakan yang tepat atas dasar pertimbangan kesrawan dan daya dukung lingkungan KBS.
Pengelolaan satwa surplus yang harus dikeluarkan untuk dilepasliarkan ataupun dipertukarkan satwa dengan LK lain, dengan dasar pertimbangan: populasi melebihi daya dukung kandang (surplus), kondisi kandang tidak memadai, perilaku mengganggu satwa lain, kesehatan, komposisi umur, perimbangan sex, kawin dalam keluarga dan kebutuhan darah segar.
Disebutkan juga kalau terbukti bahwa populasi satwa yang melebihi daya dukung fasilitas kandang berdampak buruk pada kesejahteraan satwa sehingga sangat mendesak untuk segera dilakukan tindakan yang tepat terhadap satwa surplus yaitu bagi satwa yang sudah melebihi daya dukung fasilitas kandang atau sangkar dan persediaan pakan harus dikeluarkan dari LK dan harus memaskkan genetik segar dari LK lain atau dari alam. Pengeluaran satwa dari LK harus legal dan mendapatkan persetujuan dari Dirjen POHKA dan dipandu PKBSI.
DAVID PRIYASIDHARTA