TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said blakblakan mengenai kondisi PT Pertamina (Persero) saat rapat kerja bersama Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat hari ini, Selasa, 3 Februari 2014. Menurut dia, Pertamina tidak pernah diberikan kesempatan yang adil untuk diperlakukan sebagai korporasi.
"Pertamina tidak pernah diberikan kesempatan sebagai korporasi sejati. Ini suatu yang sangat besar," katanya di ruang Komisi Energi. Dia mencontohkan, saat harga gas dunia naik, Pertamina tidak diperbolehkan menyesuaikan harga elpiji. Padahal, di sisi lain, Pertamina dipacu untuk berkompetisi.
Selain itu, ujar Sudirman, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan Direktur Pemasaran Ahmad Bambang mendapatkan ancaman dari pihak yang tidak suka dengan pembenahan yang mereka lakukan. Dia menuturkan ada orang yang tidak suka dengan kebijakan direksi Pertamina saat melakukan pembenahan supply chain, ekspor-impor minyak mentah, dan efisiensi pasar.
"Mereka ini menghadapi ancaman yang luar biasa," katanya. "Rongrongan dari lingkungan (internal) masih tetap ada. Orang yang terancam karena pembenahan terus bergerak dan kadang-kadang menempel pada stakeholder politik."
Dia menceritakan, seorang manajer dapat menghadap ketua partai untuk mencaci-maki Direktur Pertamina. "Ini riil dan fakta di lapangan," ujarnya.
Pelaku pembenahan internal Pertamina, tutur dia, juga mendapatkan ancaman akan dijatuhkan dalam tiga-enam bulan ke depan. Karena itu, dia meminta petinggi baru Pertamina diproteksi supaya tetap dapat meneruskan pembenahan dan bertahan lama.
Dia mencontohkan, jalur penyaluran subsidi bahan bakar minyak bukan hanya terhambat persoalan teknis, tapi juga aspek politik. "Seperti siapa yang memaksa untuk mendaratkan minyak di tempat tertentu," katanya. Karena itu, pemimpin baru Pertamina diharapkan benar-benar memiliki otoritas teknis.
ALI HIDAYAT
