TEMPO.CO, yogyakarta - Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPA) Paku Alam IX dikenal rendah hati, dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Bahkan Paku Alam IX, juga dikenal suka blusukan ke pedesaan, bertemu dengan rakyat Jogjakarta. Yang unik, di setiap blusukan, Paku Alam IX selalu menolak disetiri. " Bapak selalu menyuruh sopirnya duduk di samping dan Bapak yang menyetiri," kata Timur, Ajudan Paku alam IX yang sudah mendampingi 11 tahun lamanya kepada Tempo, Minggu 22 November 2015.
Kisah rendah hati dan membuka diri dengan siapapun, juga disampaikan adik Sultan, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GPBH) Prabukusumo. Paku Alam IX suka bergaul, bercanda. Kadang serius, tak jarang ngobrol hingga tertawa terbahak-bahak.Tapi bisa juga keras dalam mengemukakan pendapatnya. " Karena itu saya berpesan kepada putera mahkotanya, agar jangan berubah." kata Prabukusumo. " Harus lebih baik dan dekat dengan siapapun," kata Prabukusumo.
BACA JUGA
Setelah Ketemu Prabowo, Setyo Novanto di Atas Angin?
Mengharukan: Masjid Dirusak, Bocah Ini Bantu Pakai Celengan
Wajar, jika kemudian ketika Paku Alam IX mangkat, banyak masyarakat datang bertakziah. Mereka diperkenankan datang dari pagi hingga malam hari untuk memasuki Ndalem Agung.
Kemarin, sejumlah tamu penting hadir. Pagi hari, mantan Wakil Presiden Budiono menyempatkan hadir. Kemudian menjelang siang, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan Menteri Agana Lukman Hakim Saifudin tiba berbarengan. Ada pula Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin.
Sultan pun datang berombongan bersama permaisuri, anak-anak dan para menantunya. Karangan-karangan bunga berbagai ukuran dipajang di sekeliling bangsal. Ada yang dari Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, juga sejumlah menteri yang dipajang di depan bangsal.
Tak ada yang terlihat mewah dalam prosesi pemberangkatan jenazah. Sebelum jenazah yang diletakkan di dalam peti kayu diangkut para abdi dalem, terlebih dahulu didahului dengan ritual tlusupan. Yaitu ritual keluarga untuk berjalan di bawah jenazah yang dijunjung. Sayang, ritual itu dilakukan di Ndalem Ageng yang tak terjangkau awak media.
Tjahjo pun membacakan pidato tertulis dari Presiden Joko Widodo yang tengah berada di Malaysia. “Sebagai Wakil Gubernur, Paku Slam IX telah menunjukkan keteladan dan dedikasi yang baik. Punya komitmen untuk menjalankan roda pemerintahan DIY bersama Gubernur DIY Sultan hamengku Buwono X,” kata Tjahjo.
Menjelang pukul 12.30, jenazah kemudian diangkut sejumlah abdi dalem untuk dimasukkan ke dalam mobil ambulans yang telah menunggu di depan bangsal. Sejumlah pegiat Pramuka berdiri berbanjar saling berhadapan di sisi barat dan timur kuncung. Mereka membentuk pagar betis untuk membentengi iring-iringan jenazah yang tengah diusung dari kerumunan warga.
Saat iringan jenazah sampai di depan mereka, para pegiat Pramuka itu pun mengangkat tangan untuk member hormat. Semasa hidup, PA IX juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Pramuka DIY yang kini digantikan anak sulung Sultan HB X, Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi.
Pintu belakang ambulans dibuka. Peti jenazah pun disorongkan ke dalam. Sempat ada keriuhan saat memasukkan peti jenazah. Tak berapa lama, mobil ambulans itu pun berlalu. Mengantar PA IX ke peristirahatan terakhir untuk berbaring di samping makam istrinya, Kanjeng Raden Ayu Ambarkusumo.
PITO AGUSTIN RUDIANA