TEMPO.CO, Jakarta - Tak hanya manusia ‘Hobbit’ Homo floresiensis, Gua Liang Bua di Flores menyimpan fosil burung yang membingungkan.
Burung bangau raksasa atau marabou ini diindikasi memiliki ketinggian 170-180 sentimeter dengan bobot 16 kilogram. “Kami indikasikan dari fosil tulang kakinya,” kata anggota tim ekspedisi Liang Bua Thomas Sutikna dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di Jakarta pada Senin, 7 Maret 2016.
Fosil tulang kaki marabou ditemukan di kedalaman 4,7 meter atau lapisan pleistosen Gua Liang Bua. Usianya ditaksir berkisar 20-50 ribu tahun. Selain di Indonesia, fosil serupa pernah ditemukan di Cina.
Hal yang masih membingungkan para peneliti adalah cara bangau raksasa ini mencapai Flores dari tempat asalnya di benua Afrika. “Mereka bukan tipe burung yang mampu terbang jarak jauh,” ujarnya.
Kalaupun menyeberang dari Pulau Jawa, burung-burung ini harus berenang menyeberangi banyak selat. Namun, berbeda dengan stegodon –gajah purba –yang merupakan perenang andal, burung-burung ini tak memiliki kemampuan dan stamina yang memadai.
Hipotesis Thomas, marabou menumpang di punggung stegodon yang tengah berenang menyeberang. ”Seperti burung jalak di punggung kerbau,” tuturnya.
Selain marabou, fosil spesies lain yang ditemukan adalah jenis vulture atau burung pemakan bangkai. Thomas mengatakan tulang belulang burung ini berserakan dalam jumlah besar di Liang Bua. Burung nasar, demikian ia biasa disebut, berasal dari Afrika dan memang hidup berkoloni.
”Tapi, yang kami temukan di gua berukuran lebih besar daripada yang saat ini ditemukan di Afrika,” kata Thomas. Ia menduga burung ini tiba di Flores dengan cara yang sama seperti marabou.
Flores memang memiliki keistimewaan dari segi geografis. Sebab, pulau di timur Indonesia itu tak pernah terhubung dengan pulau atau daratan lain membentuk evolusi makhluk hidup di dalamnya. "Banyak binatang berdarah panas berukuran kecil tumbuh lebih besar daripada di tempat lain di dunia, sedangkan mamalia berukuran besar menjadi lebih kecil," kata Colin Groves, dosen Australian National University.
Tanpa kehadiran mamalia karnivora, burung dan reptil tidak menghadapi persaingan ketat dalam mencari makanan sehingga beberapa spesies tumbuh menjadi raksasa. Hingga saat ini, tikus yang panjangnya mencapai 40 sentimeter dari kepala hingga badan dapat ditemukan di Flores. Begitu pula komodo, kadal terbesar di dunia.
URSULA FLORENE | AP