TEMPO.CO, Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Bumi yang jatuh tiap 22 April, WWF Indonesia, Unilever, dan Hypermart kampanyekan program #beliyangbaik. Kampanye ini mengajak masyarakat, khususnya konsumen, bijak dalam memilih dan membeli produk sebagai salah satu cara konkret melestarikan sumber daya alam di bumi.
Maria Dewantini Dwianto, Head of Corporate Communication PT Unilever Indonesia, menuturkan, setiap tahap produksi satu barang pasti meninggalkan jejak karbon, mulai bahan mentah, proses manufaktur, distribusi, hingga konsumsi. "Nah, jejak karbon yang paling besar itu kebanyakan dari konsumen, saat memakai lalu membuang bungkusnya," ujarnya di Kemang Village, Kamis, 21 April 2016
Nyoman Iswarayoga, Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia, mengatakan pelayanan pelanggan perusahaan tidak hanya wajib menjawab mengapa, misalnya, sampo Anda hanya ada 90 mililiter, sedangkan dalam kemasan tercantum 100 ml.
"Sebagai seorang konsumen, kita berhak tahu dari mana bahan bakunya, bagaimana proses produksinya, apakah kemasannya bisa didaur ulang, ataupun kelapa sawitnya dari perkebunan mana," ujar Nyoman di tempat yang sama.
Dia juga mengingatkan, produk diproduksi karena adanya permintaan dari konsumen. "Dengan demikian, jadilah konsumen yang pintar dan bijak dalam memilih produk. Kitalah yang mendorong produsen untuk terus memasarkan produknya. Kita punya suara besar," ucap Nyoman.
Karena itu, melalui kampanye #beliyangbaik, WWF Indonesia, Unilever, dan Hypermart berusaha mengedukasi konsumen untuk lebih bijak memilih produk dengan memperhatikan lima hal penting ini.
1. Fungsi produk
Pikirkan apakah barang yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhan. "Jangan sampai beli tapi tidak dipakai. Selain hanya akan menjadi sampah dan mencemari lingkungan, tentu efeknya juga enggak bagus untuk kantong, bukan?" ujar Maria.
Jika Anda membeli barang bulanan untuk keluarga, misalnya sabun cair, belilah satu sabun dengan ukuran yang paling besar. "Kadang kita ingin irit. Tapi, kalau satu keluarga pakai sabun yang sama, kenapa harus beli yang kecil dengan jumlah banyak. Lebih baik satu dengan ukuran besar, dan malah biasanya harganya pun lebih ekonomis," tutur perempuan yang akrab disapa Mia ini.
2. Asal bahan baku
Memang agak repot kalau harus memikirkan asal bahan baku produk yang akan kita beli. Apakah bahan baku dari hasil bumi yang bisa diperbarui? Namun, jika kita ingin ikut menyelamatkan bumi untuk anak-cucu kita, menurut Mia, pikirkanlah hal ini.
3. Proses produksi
Hal ini mungkin terdengar merepotkan: bertanya soal proses produksi barang yang akan dibeli. Kritislah terhadap jumlah jejak karbonnya. Lebih sedikit persentase jejak karbon, otomatis akan lebih baik.
4. Kontribusi terhadap lingkungan dan masyarakat
Tak hanya berkontribusi baik terhadap lingkungan, kampanye #beliyangbaik mengajak masyarakat lebih cermat memilih produk yang sarat akan pesan baik. Misalnya, jangan terkecoh dengan produk sabun yang mengklaim bisa memutihkan kulit, tapi pilihlah sabun yang memiliki pesan bijak.
5. Bentuk kemasan
Cek bentuk kemasan produk bisa didaur ulang atau tidak. Sebaiknya kita menghindari produk dengan kemasan yang tidak bisa didaur ulang. Misalnya dari plastik.
DINI TEJA