TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah terus berupaya mengantisipasi kenaikan harga bahan kebutuhan pokok masyarakat menjelang Ramadan dan Idul Fitri, kata Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong.
"Tentu pemerintah bekerja keras untuk berkoordinasi antarinstansi. Jadi sekarang setiap minggu rakor (rapat koordinasi) di Kementerian Perekonomian untuk menyinergikan kegiatan dari semua kementerian dan instansi," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa, 3 Mei 2016.
Menteri Thomas mengatakan hal itu kepada wartawan setelah meninjau Pasar Manis Purwokerto, yang rencananya akan diresmikan Presiden Joko Widodo pada Rabu, 4 Mei 2016.
Menurut Thomas, koordinasi juga dilakukan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang memiliki sentra-sentra penghasil bahan pokok masyarakat.
Koordinasi tersebut, Thomas menambahkan, ditujukan supaya bisa teridentifikasi daerah mana yang memiliki stok, daerah mana yang mengalami peningkatan kebutuhan, dan daerah mana yang memiliki potensi-potensi penyempitan (bottle neck) sebagai upaya pengendalian harga.
"Jadi yang sekarang sedang dikerjakan pemerintah adalah koordinasi antarkementerian, antarinstansi, ataupun dari pusat ke daerah," tuturnya.
Disinggung soal ketersediaan stok bahan pokok masyarakat, Menteri Thomas mengatakan hal itu ada kemungkinan berbeda-beda untuk setiap bahan pokok.
Menurut Thomas, yang menjadi tantangan saat ini adalah jenis bahan pokok tertentu, terutama komoditas segar, seperti daging dan telur, karena tidak bisa distok dalam jangka waktu lama.
"Berbeda dengan minyak goreng atau beras, yang dapat disiapkan stoknya. Karena itu, yang menjadi tantangan adalah stok bahan pokok yang segar, seperti daging dan telur," ucapnya.
Kendati demikian, Thomas mengatakan, pemerintah hingga saat ini belum memutuskan melakukan impor untuk menjaga stok dan memenuhi lonjakan kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan dan Idul Fitri.
"Hingga kini, belum ada keputusan apakah impor atau tidak. Tapi yang pasti, pemerintah terus memantau stok bahan pokok," ucapnya.
ANTARA