TEMPO.CO, Beijing - Sekitar seratus juta tahun lalu, dua bayi burung terjebak di getah lengket di dalam hutan tropis. Sekarang sayap dua burung tersebut terbungkus dalam ambar dan memberikan petunjuk kepada peneliti tentang evolusi burung. Ambar adalah resin pohon yang menjadi fosil.
Sedikit sampel ditemukan di Bukit Hukawng, Myanmar utara, dan dijelaskan dalam jurnal Nature Communications.
Ini adalah pertama kalinya sayap burung ditemukan dalam ambar. Selama ini, peneliti lebih sering menemukan bulu atau bagiannya.
Sampel yang ditemukan terdiri atas dua sayap tanpa kerusakan dengan semua fiturnya utuh, termasuk jaringan lunak, dari dua burung yang diyakini baru menetas sekitar seratsu juta tahun lalu selama periode Cretaceous. Periode ini sekitar 45 juta tahun setelah burung pertama atau dinosaurus avian berevolusi.
“Ukuran dan perkembangan kerangka sayap ini menunjukkan burung masih muda saat terjebak di getah,” kata Xing Lida, peneliti dari China University of Geosciences.
Seluruh penelitian sebelumnya tentang burung Cretaceous selalu berdasarkan fosil yang terkompresi dua dimensi yang ada di batuan sedimen.
“Sampel dalam ambar memberi kesempatan langka untuk melihat punahnya burung bergigi dalam alur hidup yang sebenarnya,” ujar Xing. “Ini anugerah yang sangat melimpah.”
Menurut Xing, peneliti juga memperoleh sejumlah ambar lain yang mengandung sampel vertebrata.
“Kita akan segera mengetahui ragam hewan vertebrata di Asia Tenggara selama periode Cretaceous,” tuturnya.
XINHUA.NET | TRI ARTINING PUTRI