TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Syariah Mandiri (BSM) mencatat pertumbuhan laba bersih 26,67 persen pada semester pertama 2016. Laba bersih yang dibukukan per Juni lalu mencapai Rp 168 miliar, naik dari periode sebelumnya Juni tahun sebesar Rp 132 miliar.
Sedangkan laba operasional sebelum pencadangan naik 48,9 persen dari Rp 322 miliar menjadi Rp 479 miliar. “Alhamdulillah kinerja kami menguat dan mulai on the track,” kata Direktur Utama BSM Agus Sudiarto dalam keterangan tertulis, Senin, 15 Agustus 2016.
Baca Juga:
Agus berujar, sepanjang tiga tahun belakangan, pihak manajemen terus berkonsolidasi untuk menangani pembiayaan bermasalah sekaligus meletakkan fondasi baru perusahaan ke depan berdasarkan rencana perusahaan 2016-2020. Secara keseluruhan, kondisi keuangan sudah membaik pada semester awal tahun ini. Dia pun optimistis pihaknya bisa mencapai target laba Rp 300 miliar hingga akhir tahun nanti.
Direktur Finance and Strategy BSM Agus Dwi Handaya menuturkan perolehan laba tersebut, antara lain, ditopang kenaikan cash recovery ex write off dari 31,58 persen pada Juni 2015 atau Rp 171 miliar menjadi Rp 225 miliar per Juni 2016. Menurut dia, secara umum, bisnis BSM mengalami pertumbuhan. "Di tengah kondisi makroekonomi yang masih belum kondusif, BSM mampu mencatatkan pertumbuhan bisnis.”
Selanjutnya, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebagai salah satu indikator likuiditas juga menunjukkan catatan positif. DPK BSM pada Juni tahun lalu sebesar Rp 59 triliun dan naik 7,82 persen menjadi Rp 64 triliun per posisi Juni kemarin. Hal ini didorong pertumbuhan giro sebesar 6,25 persen dari semula Rp 6,86 triliun menjadi Rp 7,10 triliun, dan tabungan yang tumbuh sebesar 11,25 persen dari Rp 22,05 menjadi Rp 25 triliun. Adapun deposito tumbuh 5,68 persen dari Rp 30,43 triliun menjadi Rp 32,16 triliun.
Perolehan DPK dari giro dan tabungan, kata Agus, menjadikan komposisi dana murah BSM per posisi Juni 49,58 persen. Angka tersebut naik dibandingkan komposisi dana murah pada periode serupa tahun sebelumnya, yaitu sekitar 48,56 persen.
Untuk pembiayaan, BSM mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,49 persen atau meningkat Rp 2,3 triliun dari Rp 50,4 triliun menjadi Rp 52,7 triliun. "Target pertumbuhan pembiayaan sampai akhir tahun sebesar 7 persen atau sekitar Rp 4 triliun," ujar Agus.
GHOIDA RAHMAH