TEMPO.CO, Seoul - Lupakan obat nyamuk atau lotion yang lengket di tangan agar Anda terhindar dari gigitan nyamuk ketika sedang menonton televisi. Perusahaan elektronik asal Korea Selatan, LG, telah menciptakan televisi yang diklaim mampu mengusir nyamuk tanpa suara atau bau. Untuk sementara, televisi ini dijual di India.
Inovasi dari LG ini merupakan rangkaian barang elektronik rumah tangga yang memang dibuat khusus untuk mengusir serangga pengisap darah itu. Pada 2009, LG memasarkan alat penyejuk udara yang juga mampu mengusir nyamuk khusus untuk pasar Indonesia.
Pada 2014, perusahaan itu mengeluarkan perangkat ultrasonik yang dapat mengusir nyamuk berkat pancaran gelombang suara. Perangkat ultrasonik seperti inilah yang kemudian ditanamkan ke dalam televisi. LG mengklaim tak dibutuhkan cairan kimia dan perawatannya pun sangat simpel. Menariknya, televisi ultrasonik ini tetap berfungsi mengusir nyamuk meski televisi dalam keadaan mati.
India menjadi target pemasaran televisi ultrasonik ini. Sebab, lebih dari 1,13 juta orang di negara itu rentan terhadap gigitan nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit demam berdarah, cikungunya, dan malaria. Namun efektivitas televisi ultrasonik dalam mengusir nyamuk ini masih dipertanyakan.
Televisi pengusir nyamuk ini memang ditargetkan untuk konsumen kelas menengah ke bawah yang hidup di lingkungan rentan gigitan nyamuk. Setelah India, televisi itu akan dipasarkan di Filipina dan Sri Lanka. Untuk negara berkembang lain, LG belum berencana memasarkannya.
Menurut Kim Sang-yeol, dari LG Electronics, pihaknya mulai mengembangkan perangkat televisi ini sebelum wabah virus Zika merebak dari Amerika Latin. Virus yang dibawa nyamuk tersebut membuat banyak pihak khawatir.
Sebuah studi menyatakan efektivitas alat ultrasonik yang mengandalkan gelombang suara dalam mengusir nyamuk sama sekali belum terbukti. Begitu juga alat penyejuk udara yang dipasangi perangkat ultrasonik. Kalaupun nyamuk kemudian lari dari ruang ber-AC, itu lantaran udara cenderung kering dan nyamuk akan mati jika terlalu lama di ruangan tersebut.
Pada 2012, sebuah stasiun radio di Brasil, Band FM, mengklaim menyertakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi dalam setiap siarannya. Upaya tersebut merupakan bagian dari kampanye anti-nyamuk yang saat itu digalakkan pemerintah Brasil.
Band FM menyertakan frekuensi tinggi 15 kHz dalam setiap musik yang mereka siarkan. Bagi kuping manusia, suara tersebut tak terdengar. Namun mereka mengklaim suara itu dapat mengusir nyamuk di sekitar radio dan para pendengar dengan santai dapat mendengarkan musik, tanpa khawatir digigit nyamuk. Hanya, lagi-lagi, para ilmuwan tak setuju atas klaim tersebut.
Bart Knols, ahli entomologi dan Ketua Dutch Malaria Foundation sekaligus editor situs Malaria World, mengatakan sejauh ini belum ada bukti ilmiah bahwa suara ultrasonik mampu mengusir nyamuk. “Tak ada bukti ilmiah. Karena itu, alat tersebut tak direkomendasikan untuk digunakan,” ucapnya.
Apa yang selama ini diyakini sebagai gelombang suara yang dapat mengusir nyamuk sebenarnya hanya suara yang meniru frekuensi yang dihasilkan capung, predator alami nyamuk. Ketika suara tersebut terdengar, nyamuk akan segera menyingkir.
Hanya, gelombang suara yang dihasilkan capung berada di frekuensi 20-170 Hz atau jauh lebih rendah daripada 15 kHz. Knols tetap beranggapan bahwa meski gelombang suara yang dihasilkan capung dapat ditiru, nyamuk hanya akan menjauh sejenak untuk kemudian kembali menggigit korbannya.
BBC.COM | SOUNDANDVISION.COM | FIRMAN ATMAKUSUMA