TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Corporate Communications and Social Responsibility PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) Meyritha Maryanie mengatakan pihaknya tidak pernah membebankan biaya kelangkaan pasokan air di Apartemen Kalibata City. Hal ini ia katakan menyusul protes penghuni terhadap Perhimpunan Penghuni Rumah Susun (PPRS) Sementara, yang dengan sepihak dibebani biaya kelangkaan air.
"Kami dari Palyja tidak pernah mengenakan biaya kelangkaan air kepada pelanggan kami," kata Meyritha kepada Tempo, Sabtu, 27 Agustus 2016.
Pagi tadi, penghuni apartemen tersebut mendatangi kantor pengelola untuk meminta penjelasan ihwal penetapan biaya kelangkaan air secara sepihak oleh PPRS Sementara bentukan pengembang. Sedangkan PPRS yang berasal dari bentukan warga Kalibata City sendiri tidak pernah merasa dilibatkan dalam keputusan tersebut.
Baca:
Penghuni Kalibata City Memprotes Biaya Kelangkaan Air
Ade Tedjo Sumono, salah seorang penghuni apartemen, mengatakan PPRS Sementara meminta pengenaan tarif kelangkaan air karena pemasok air dari Palyja tidak terpenuhi untuk kawasan Kalibata City. Adapun tenggat yang diberikan hingga September mendatang.
Biasanya, kata Ade, penghuni hanya dikenai tarif dari Palyja sebesar Rp 7.450 per meter kubik air. Namun, pada 22 Agustus lalu, PPRS Sementara mengeluarkan pemberitahuan bahwa setiap penghuni dikenai biaya tambahan untuk kelangkaan air sebesar Rp 11.486 per meter kubik. Setiap penghuni setidaknya harus menanggung beban Rp 18.936 per meter per kubik air yang digunakan.
Tak sampai di situ, beban biaya kelangkaan tersebut semakin tidak masuk akal karena beban yang diberlakukan setiap penghuni berlaku surut sejak Januari 2015. Artinya, PPRS memaksa penghuni membayar tagihan selama 20 bulan ke belakang, yang baru diberitahukan sekarang.
Soal beban kelangkaan air itu dibantah pihak Palyja. Menurut Meyritha, penurunan pasokan air terjadi selama satu bulan pada Juli, tepat setelah Idul Fitri. "Pasokan menurun karena fluktuasi air baku dan meningkatnya pemakaian di upstream atau hulu Kalibata City di kawasan TB Simatupang," ucap Meyritha.
Meyritha mengatakan pasca-penurunan pasokan air, Palyja telah melakukan pengaturan jaringan. Bahkan, sejak 18 Agustus hingga saat ini, pasokan air sudah sesuai dengan permintaan, yaitu 23-25 liter per detik. Artinya, penurunan pasokan air pada Juli lalu sudah normal kembali.
Meskipun ada penurunan pasokan air, Meyritha mengatakan penghuni tidak dikenai biaya tambahan, termasuk biaya kelangkaan air. "Kami tidak pernah membebankan biaya apa pun kepada pelanggan akibat kelangkaan air," ucapnya.
LARISSA HUDA