TEMPO.CO, Medan - Ivan Armadi Hasugian, 18 tahun, pelaku tunggal percobaan bom bunuh diri di Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph Doktor Mansyur Medan, Ahad lalu, masih menjalani pemeriksaan intensif di Kepolisian Resor Medan. Dalam memeriksa tersangka, penyidik Polresta Medan dibantu Kepolisian Daerah Sumatera Utara dan Detasemen Khusus 88 Kepolisian RI.
Kepala Penerangan Masyarakat Polda Sumatera Utara Ajun Komisaris Besar Mangantar Perdamean Nainggolan mengatakan penyidik telah memeriksa sembilan saksi, terdiri atas korban Pastor Alberth Pandiangan, empat anggota jemaat gereja, dan empat anggota keluarga Ivan Armadi, yakni ayah, ibu dan dua kakaknya.
Menurut dia, Ivan dijerat Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Teroris juncto Pasal 53 KUHP subsider Pasal 1 ayat 1 UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 subsider Pasal 340 juncto Pasal 53 KUHP subsider Pasal 338 KUHP juncto Pasal 53 subsider Pasal 351 ayat 1 KUHP subsider Pasal 335 ayat 1 KUHP.
Nainggolan menuturkan polisi masih melakukan pendalaman, yakni mencari keterangan di masjid yang sering digunakan Ivan salat. "Untuk mengetahui kelompok mana yang sering berkunjung dan bersama IAH," ucap Nainggolan, Selasa, 30 Agustus 2016.
Polisi, ujar Nainggolan, juga mendalami rekaman CCTV di sekitar Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph Doktor Mansyur. Selain itu, polisi meminta keterangan guru Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Medan, tempat Ivan dulu bersekolah, serta meminta penjelasan warga sekitar rumah tersangka.
Adapun barang bukti yang disita dari kamar Ivan ialah detonator rakitan, berbagai jenis baterai, berbagai jenis kabel, bola lampu kecil, jam weker, potongan pipa paralon, pipa rakitan, paspor atas nama Ivan Armadi Hasugian, serta buku mengenai robotik. "Semua barang bukti itu sudah di tangan penyidik," kata Nainggolan.
Juru bicara SMAN 4 Medan, Marisda Sipayung, mengaku kaget. Sebab, Ivan, yang sudah lulus, dulunya dikenal pendiam. "Dia pendiam. Selama di sekolah ini, dia tidak banyak masalah," ucapnya.
Ivan, tutur Marisda, juga taat beribadah. Bekas rekan Ivan di SMAN 4 yang enggan disebutkan namanya mengatakan Ivan selalu membawa sorban, gamis, atau jubah di dalam tasnya. "Ivan kalau salat memang lain sendiri. Dia membuka baju sekolahnya dan menggantinya dengan jubah dan bersorban," ujar sumber tersebut.
SAHAT SIMATUPANG