TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Robikin Emhas menyampaikan catatannya pada peringatan Hari Santri Nasional 2016 yang jatuh pada hari ini. Dia mengatakan memperingati Hari Santri berarti menggelorakan kembali Resolusi Jihad NU 1945. Resolusi itu mampu menjadi penabuh genderang perang guna mengusir penjajah untuk menegakkan kedaulatan negara yang telah merdeka.
“Rakyat Indonesia saat ini khususnya NU merindukan patriotisme dalam pengelolaan negara,” ujar Robi, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 22 Oktober 2016.
Robi berujar patriot saat ini dan zaman penjajahan dulu berbeda. Patriot dulu mengusir penjajah, sedangkan patriot sekarang berkutat dalam pengelolaan ekonomi yang berdaulat, memberantas korupsi, dan mengantisipasi radikalisme.
Menurut Robi, masyarakat saat ini jengah mendengar korupsi terjadi di mana-mana. Masyarakat juga lelah dengan kondisi ekonomi yang sulit dan tidak berdaulat di hadapan negara besar lainnya. Hal sama juga terjadi di bidang energi, keuangan, politik, dan juga sikap memerangi narkoba.
Kondisi ini, kata dia, ditangkap NU dengan kemudian menggelorakan semangat Resolusi Jihad NU, yang saat ini harus diwujudkan dengan patriot penegakan keadilan dan pemerataan ekonomi juga pembangunan.
Hari Santri Nasional 2016 diperingati dengan beragam kegiatan di seluruh Indonesia. Di antaranya adalah pembacaan 1 miliar selawat Nariyah yang dibacakan serentak pada Jumat kemarin dari Aceh sampai Papua. Sedangkan di luar negeri dikoordinasi oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama di masing-masing negara. Adapun puncak peringatan Hari Santri digelar dalam Apel Santri di Monumen Nasional, Jakarta, pagi ini. Setidaknya 55 ribu santri dilaporkan mengikuti kegiatan apel ini.
GHOIDA RAHMAH