Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Negara Antariksa Segera Dibangun, Bisa Tampung 150 Juta Jiwa  

image-gnews
Ilustrasi pesawat induk negara antariksa Asgardia. (Live Science)
Ilustrasi pesawat induk negara antariksa Asgardia. (Live Science)
Iklan

TEMPO.COParis - Sebuah proposal negara-bangsa ruang angkasa yang disebut sebagai Asgardia telah diluncurkan untuk membangun warga masa depan. Para pemimpin proyek Asgardia membahas tempat tinggal futuristik yang dapat menampung 150 juta jiwa dalam sebuah konferensi pers di Paris, Prancis, Rabu pekan lalu. Satelit pertama Asgardia rencananya akan diluncurkan pada tahun depan, awal dari sebuah proyek jangka panjang.

Asgardia diambil dari nama rumah para dewa Nors, Asgard. Juga Dewa Thor, salah satu tokoh mitologi Yunani dan karakter film Marvel, yang bersenjatakan palu Mjolnir. Menurut kepala tim dan pencetus konsep Asgardia, Igor Ashurbeyli, tempat ini akan menjadi lokasi yang demokratis. “Tiap individu dapat mengembangkan teknologi luar angkasa temuan mereka di sini,” ujarnya, seperti dilansir Space.com.

Ashurbeyli adalah ilmuwan yang mendirikan perusahaan teknologi Socium Holding. Asgardia merupakan salah satu proyek perusahaan yang memiliki lebih dari 10 ribu karyawan di 30 perusahaan di seluruh dunia itu.

Warga dunia sudah dapat melamar untuk menjadi satu di antara 100 ribu warga pertama melalui laman situs web asgardia.space. Meski baru sepekan dirilis, sudah ada 84 ribu pelamar. Setelah terpilih nanti, tiap warga harus memenuhi semua persyaratan untuk menjadi warga bangsa Asgardia. Salah satunya harus berasal dari negara yang memperbolehkan memiliki status dwi-kewarganegaraan.

Ashurbeyli mengatakan pesawat induk Asgardia akan terbang di bawah ataupun di luar orbit bumi. Untuk menjadikan negara-bangsa ruang angkasa ini diakui, dia dan tim setidaknya membutuhkan puluhan ribu warga sebelum mereka mendaftarkan diri sebagai sebuah negara ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Meski begitu, tak semua warga Asgardia wajib hidup di “negara” antariksa tersebut, layaknya penduduk bumi lain yang tinggal di luar negara mereka. “Kini, desain bendera dan lambang negara sedang disiapkan,” ujarnya.

Bangsa Asgardia, menurut Ashurbeyli, dibentuk untuk melayani tugas-tugas kemanusiaan dan perdamaian di ruang angkasa. Ia berharap 2 persen dari populasi umur produktif dan kreatif di bumi (sekitar 150 juta) dapat bergabung menjadi warga Asgardia. Dan status warga negara akan diberikan kepada siapa pun yang melakukan pengembangan serta investasi dalam teknologi antariksa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Asgardia merupakan refleksi cermin dari bumi di ruang angkasa tanpa batas. Tak ada kendala agama dan batas negara, sebagai individu yang independen, bukan mewakili negara,” ucapnya.

Ram Jakhu, Direktur Institut Hukum Udara dan Ruang Angkasa Universitas McGill di Montreal, Amerika Serikat, sekaligus tim ahli hukum Asgardia, mengatakan harus ada empat elemen agar Asgardia diakui PBB sebagai negara. Keempat elemen tersebut adalah para penghuni, sistem pemerintahan, infrastruktur pesawat induk ruang angkasanya sebagai fungsi negara, serta pengakuan negara-negara anggota PBB.

“Visi Asgardia sangat jelas: pertama, membantu melindungi bumi dari serangan ruang angkasa ataupun asteroid. Kedua, membuka akses ke negara yang tak memiliki infrastruktur untuk dapat pergi ke antariksa,” kata Jakhu. Yang menarik, para pelamar tak harus membayar uang sepeser pun untuk pengajuan aplikasi kewarganegaraan ataupun pembangunan satelit pertama.

Satelit pertama akan meluncur dari negara dengan pengalaman ruang angkasa. Tapi peluncuran pesawat induk Asgardia, menurut Ashurbeyli, akan dilakukan di negara berkembang yang tak menandatangani Perjanjian Ruang Angkasa. Perjanjian internasional yang lahir selama era Perang Dingin 1967 ini mengharuskan semua aktivitas ruang angkasa dilakukan negara, bukan perorangan ataupun swasta. Ini jelas tak sesuai dengan semangat tim Asgardia yang tak ingin melibatkan negara dalam membentuk negara-bangsa ruang angkasa pertama di bumi.

Anggota tim proyek Asgardia, Joseph Pelton, mengatakan negara-bangsa Asgardia juga akan melindungi bumi dari asteroid dan debu antariksa. “Bumi membutuhkan pesawat ruang angkasa yang besar untuk pertahanan dari semua hal tersebut,” ujar pria yang juga direktur emeritus Badan Penelitian Ruang Angkasa dan Sistem Komunikasi Lanjutan Universitas George Washington itu.

ASGARDIA SPACE | SPACE.COM | AMRI MAHBUB

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

1 hari lalu

Beyonce. Instagram/@beyonce
Legendaris! Nama Beyonce akan Masuk ke dalam Kamus Prancis Larousse

Nama Beyonce akan masuk ke dalam Kamus Prancis Le Petit Larousse edisi terbaru tahun ini dengan definisi sebagai penyanyi R&B dan pop Amerika.


Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

1 hari lalu

Ziad Mansour, duduk di samping puing-puing rumah yang hancur akibat serangan mematikan Israel  di Rafah , Jalur Gaza, 9 Januari 2024. Perang antara Israel dan Kelompok Hamas Palestina di Jalur Gaza sudah memasuki hari ke-100, sejak pertama kali pecah pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sebanyak 23.843 orang di Gaza. REUTERS/Mohammed Salem
Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.


Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

2 hari lalu

Foto udara menunjukkan kawasan Place de l'Etoile dan Arc de Triomphe yang sepi di Paris, saat lockdown untuk memperlambat penyebaran penyakit coronavirus (COVID-19) Prancis, Rabu, 1 April 2020. REUTERS/Pascal Rossignol
Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.


Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

8 hari lalu

Petugas kepolisian menahan pengunjuk rasa pro-Palestina di Universitas Texas, selama konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Austin, Texas, AS 24 April 2024. REUTERS/Nuri Vallbona
Polisi Prancis Bubarkan Unjuk Rasa Pro-Palestina di Universitas Sciences Po

Polisi Prancis membubarkan unjuk rasa pro-Palestina di Paris ketika protes-protes serupa sedang marak di Amerika Serikat.


Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

12 hari lalu

Duta Besar Aljazair untuk PBB Sofiane Mimouni berbicara sebelum pemungutan suara mengenai resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di markas besar PBB di New York, AS, 20 Februari 2024. REUTERS/Mike Segar
Israel Panggil Duta Besar Negara-negara Pendukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Israel akan memanggil duta besar negara-negara yang memilih keanggotaan penuh Palestina di PBB "untuk melakukan protes"


Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

18 hari lalu

Kepala Staf Angkatan Darat Israel Herzi Halevi. Reuters
Dunia Desak Tahan Diri, Panglima Militer Israel Berkukuh akan Balas Iran

Beberapa sekutu memperingatkan eskalasi setelah serangan Iran terhadap Israel meningkatkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas.


Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

26 hari lalu

Suasana peringatan
Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.


Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

26 hari lalu

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan mengevakuasi Adrea Zoe, pelancong asal Prancis, yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Minggu, 7 April 2024. Foto: Istimewa
Hilang saat Menyusuri Bukit Sipiso-piso, Turis Asal Prancis Ditemukan Luka-luka

Basarnas Medan bersama tim SAR gabungan menemukan Adrea Zoe, 52 tahun, perempuan asal Prancis yang hilang di Bukit Sipiso-piso, Kabupaten Karo


Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

27 hari lalu

Pekerja bantuan Australian World Central Kitchen (WCK), Lalzawmi
Sekutu Pertimbangkan Hentikan Penjualan Senjata ke Israel Setelah Kematian Relawan Asing di Gaza

Beberapa negara Eropa sekutu Israel pertimbangkan hentikan penjualan senjata akibat pembunuhan tujuh relawan World Central Kitchen di Gaza


Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

31 hari lalu

Seorang anak laki-laki Palestina berjalan di lokasi serangan Israel, di tengah konflik antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 27 Maret 2024. Israel tetap melancarkan serangan walaupun Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengesahkan resolusi seruan gencatan senjata segera di Jalur Gaza Palestina. REUTERS/Bassam Masoud
Prancis Ajukan Resolusi Dewan Keamanan PBB untuk Pantau Gencatan Senjata di Gaza

Prancis mengadakan konsultasi tertutup dengan Dewan Keamanan PBB untuk mengajukan resolusi tentang pemantauan penerapan gencatan senjata di Gaza.