TEMPO.CO, Jakarta - International Data Corporation atau IDC Indonesia kembali mengumumkan hasil laporan kuartal III mengenai Mobile Phone Q3 2016. Laporan berjudul Quarterly Mobile Phone Tracker menyebutkan pada kuartal III ini terjadi penurunan jumlah pengapalan ponsel pintar (smartphone) di Indonesia.
"Penurunan secara kuartal ke kuartal sebesar 7 persen," kata Reza Haryo, Senior Market Analyst Client Devices International Data Corporation Indonesia, melalui pesan elektroniknya, Sabtu, 17 Desember 2016.
Menurut Reza, penurunan pada kuartal ke III ini karena masa libur Lebaran. Berakhirnya masa libur Lebaran membuat bisnis ponsel pintar mulai merenggang di kuartal III 2016. Ini memaksa vendor ponsel pintar untuk menurunkan jumlah pengapalan mereka dan lebih fokus pada peningkatan kinerja penjualan. Juga melakukan persiapan strategi bisnis untuk menghadapi puncak musim belanja di kuartal IV 2016.
Namun dibandingkan periode sama tahun lalu, jumlah pengapalan ponsel pintar meningkat 4 persen. Berdasarkan data IDC, ponsel dengan segmen harga US$ 100-200 atau ponsel dengan harga Rp 1-3 juta tetap menjadi buruan masyarakat Indonesia. Ponsel entry level dan ponsel menengah dengan keunggulan produk jaringan 4G, RAM 2 Gigabita, dan penyimpanan 16 Gigabita terus bertumbuh dengan pesat.
Sedangkan ponsel dengan segmen harga US$ 250-300 atau ponsel dengan harga Rp 3-4 juta mengalami pertumbuhan secara signifikan. Hal ini, menurut Reza, terjadi karena daya tarik produk Oppo F1 dan Samsung Galaxy J7.
Lebih jauh lagi IDC menyatakan pangsa pasar ponsel pintar 4G meningkat dari 58 persen menjadi 68 persen dari kuartal II ke kuartal III. Meningkatnya pangsa pasar ponsel 4G disebabkan oleh penyedia layanan telekomunikasi terus bersaing untuk memperluas pangsa pasar mereka dalam upaya memanfaatkan peningkatan jumlah pengguna ponsel pintar dalam negeri melalui paket data bundling.
Peningkatan pasar ponsel 4G dan perluasan layanan perusahaan telekomunikasi terbukti dengan porsi penjualan ponsel pintar di saluran telekomunikasi meningkat 22 persen secara tahun ke tahun.
MAYA NAWANGWULAN