TEMPO.CO, Jakarta - Osteoarthritis atau radang sendi adalah penyakit yang mengakibatkan rasa nyeri pada bagian sendi akibat rusaknya tulang rawan. Umumnya, penyakit radang sendi ini menyerang orang-orang yang sudah berusia tua. Namun, bagi orang-orang tertentu, penyakit ini mungkin saja bisa datang lebih awal.
Mereka yang berisiko tinggi terserang osteoarthritis pada usia muda adalah para atlet. Para olahragawan ini sangat rawan terkena osteoarthritis karena aktivitas olahraga yang membuat mereka sering mengalami benturan pada bagian tulang rawan di sendi sehingga mudah rusak. Olahraga seperti basket, sepakbola, atau futsal membuat seseorang kerap mengalami benturan seperti itu.
Adapun tulang rawan merupakan jaringan ikat yang lentur. Tulang rawan adalah tulang yang tidak memiliki saraf dan pembuluh darah.
Keberadaan tulang rawan membuat manusia tidak merasa sakit saat bergerak. Namun, pada saat tulang rawan menipis, tulang-tulang akan bersentuhan sehingga menimbulkan rasa sakit.
“Sendi dilapisi tulang rawan agar gerakannya mulus,” kata dokter spesialis ortopedi dan traumatologi, Andri Lubis.
Karena itu, para penderita osteoarthritis akan mengalami gejala, dari mulai rasa sakit pada sendi, sendi terasa kaku, hingga sulit bergerak. Selain atlet, mereka yang bertubuh gemuk juga rawan terkena osteoarthritis pada usia muda. Untuk mereka yang bertubuh gemuk, osteoarthritis disebabkan kerusakan tulang rawan karena menopang berat badan yang berlebihan.
Pada fase awal, osteoarthritis bisa ditangani dengan cara non-operasi. Cara yang dapat dilakukan, misalnya dengan mengurangi berat badan agar kerusakan pada tulang rawan tidak semakin parah, berjalan dengan tongkat untuk mengurangi beban tulang rawan, mengonsumsi obat-obatan, dan memberikan suntikan pada lutut.
Namun, pada dasarnya, cara-cara tersebut tetap saja tidak akan mengembalikan kondisi tulang rawan, khususnya tulang rawan di lutut, seperti semula dan hanya meringankan gejala. Semakin lama, kondisi osteoarthritis bisa semakin memburuk.
Di sisi lain, bagi yang ingin mencegah terjadinya kerusakan tulang rawan di bagian lutut yang terlalu parah, bisa dilakukan dengan metode total knee replacement atau penggantian lutut. Total knee replacement dilakukan dengan memasang implan pada sendi lutut.
Telah tersedia berbagai jenis ukuran dan tipe implan sehingga dapat dipastikan setiap orang yang harus menjalani total knee replacement akan mendapatkan implan yang cocok untuk lututnya.
Namun hanya dokter bedah yang dapat memutuskan apakah penderita perlu menjalani operasi penggantian lutut. Pasalnya, operasi tersebut memiliki risiko dan pemulihannya akan memakan waktu yang tidak sebentar. Risikonya, antara lain infeksi, kendati tim medis akan berupaya mengurangi risiko terjadinya infeksi tersebut.
Selain itu, pasien yang harus menjalani operasi penggantian lutut harus bersedia bekerja sama dengan dokter selama menjalani pemulihan pasca-operasi. Pasien harus bersedia melatih kekuatan sendi.
Setelah operasi, seseorang dapat berjalan dengan bantuan walker untuk sementara. Selanjutnya, selama beberapa minggu, pasien masih tetap membutuhkan bantuan melakukan tugas harian di rumah.
Seseorang akan dapat kembali beraktivitas normal dalam waktu 3-6 minggu pasca-operasi dan dapat kembali mengemudi dalam waktu 4-6 minggu. Setelah itu, pasien dapat melakukan berbagai kegiatan, tapi sebaiknya menghindari kegiatan-kegiatan yang dapat membebankan atau menekan lutut, seperti berlari atau melompat berlebihan.
Artikel lain:
Kiat Memanfaatkan Sisa Waktu Makan Siang
Mulai Hari dengan Camilan Sehat
Resep Sederhana Hindarkan Si Kecil dari Hidung Tersumbat