TEMPO.CO, Jakarta - Sejak dikembangkan oleh Edward Jenner pada 1976, peran vaksin dalam memerangi aneka jenis penyakit tak tergantikan, mulai cacar, polio, hingga beberapa jenis vaksin yang sedang dalam tahap pengembangan, seperti demam berdarah.
Dalam perjalanannya, tidak mudah melaksanakan vaksinasi. Selalu ada pesepsi dan kekhawatiran belebihan dari masyarakat ketika suatu jenis vaksin mulai diterapkan. Belum lama ini misalnya, beredar kabar burung soal efek samping vaksin human papillomavirus (HPV). Kabar yang beredar di grup Whats App dan media sosial itu menyebutkan bahwa vaksin untuk kanker serviks tersebut bisa menyebabkan menopause dini.
Kabar itu akhirnya dibantah oleh berbagai pihak. Vaksin ini sebenarnya sudah dipakai oleh puluhan negara selama 14 tahun terakhir. Sejak pertengahan 2016, Kementerian Kesehatan memang mulai menyuntikkan vaksin HPV kepada anak-anak sekolah dasar di Jakarta.
Biarpun demikian, kekhawatiran masyarakat terhadap vaksin tidak juga luntur. Hal ini juga disadari oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan M. Subuh.
“Persepsi yang salah tentang vaksin memang masih jadi persoalan. Kuncinya adalah edukasi terus menerus,” ujarnya.
Baca Juga:
Saat ini, pemerintah sudah memiliki program delapan imunisasi dasar yang diterapkan secara nasional, mulai dari polio, hepatitis, hingga campak. Adapun di tahun depan, Kementerian Kesehatan berencana menambahkan tiga jenis vaksin lagi, yakni measles rubella, pneumococcus, dan HPV.
Subuh menjelaskan ketiga vaksin tersebut berstatus proyek demonstrasi. Artinya, tidak ada lagi masa percobaan karena ketiga vaksin tersebut sudah lebih dulu terbukti ampuh di beberapa negara lain. “Jadi, tahun depan kita implementasikan di beberapa daerah, selanjutnya di 2018 kita berharap bisa diterapkan di Indonesia,” ujarnya.
Penentuan daerah yang menjadi sasaran implementasi berbeda-beda, bergantung pada pantauan kesehatan di kawasan tersebut. Subuh menjelaskan, vaksin measles rubella yang disiapkan untuk pengganti campak, misalnya, akan disuntikkan ke anak-anak di seluruh Jawa.
Sementara itu, vaksin pneumococcus yang berguna untuk menangkal infeksi saluran nafas akut (ISPA) akan di laksanakan di Lombok. Adapun HPV bakal diterapkan di DKI Jakarta dan DIY Yogyakarta.
Jika ketiga vaksin ini berhasil diterapkan, Indonesia akan memiliki 11 imunisasi dasar lengkap yang berlaku secara nasional. Meski demikian, 11 vaksin ini sebenarnya belum cukup untuk menyejajarkan diri dengan negara-negara maju yang menerapkan minimal 14 vaksin dasar. “Target kita bisa sejajar dengan negara-negara maju pada 2025,” tambah Subuh.
Subuh mengaku masih mengkaji vaksin apa yang dibutuhkan masyarakat selain ketiga vaksin anyar di atas. Beberapa vaksin yang dipertimbangkan antara lain vaksin demam berdarah.
Artikel lain:
Kebaikan Kapulaga bagi Tubuh Kita
Jadilah Perempuan Periang, Maka Umurmu Panjang
Mana yang Lebih Sehat, Air Kelapa atau Isotonik Buatan?