TEMPO.CO, Sleman - Gairah untuk melestarikan budaya sendiri kian marak di mana-mana. Salah satunya di Kabupaten Sleman yang memiliki acara rutin "Gelar Macapatan" saban malam Rabu Wage.
"Gelar 'Macapatan' perdana untuk 2017 ini telah dilaksanakan Selasa 7 Februari 2017 yang melibatkan Paguyuban Macapat Sleman Manunggal Sembada," kata Plt Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman Aji Wulantara, Kamis. Acara itu diadakan di Pendopo Rumah Dinas Bupati.
Berita lain: Outbound Di Dalam Ruangan? Mengapa Tidak ...
Macapatan berasal dari kata macapat. Laman wikipedia.org menyebut bahwa macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa dimana setiap baitnya mempunyai baris kalimat yang disebut gatra. Pada setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu. Jadi macapatan adalah kegiatan melatunkan tembang/puisi Jawa tersebut.
Aji menegaskan penyelenggaraan gelar "macapatan" dimaksudkan untuk memberikan fasilitasi dan kesempatan bagi pecinta macapat. "Ajang tersebut juga terbuka bagi komunitas dari luar Sleman yang ingin belajar dan berlatih macapat," kata dia. Pada saat gelaran pertama juga hadir komunitas macapat dari Warung Botodan, Mergangsan Kota Yogyakarta.
Bupati Sleman Sri Purnomo berharap agar program pelestarian budaya itu lebih ditingkatkan lagi kualitasnya. "Pelestarian budaya ini akan dapat mendukung percepatan pembangunan di segala bidang. Terlebih lagi program pelestarian budaya ini tentu akan mendukung dan memperkuat keistimewaan DIY," katanya.
ANTARA
Berita lain: Purwakarta Akan Dikepung 16 Desa Wisata