TEMPO.CO, Jakarta - Dhyoti Basuki-Ramdani tidak pernah menyangka akan berkecimpung di dunia hubungan masyarakat atau public relation selama 15 tahun. Bekal itu yang membuatnya dipercaya menjabat sebagai Direktur Hubungan Masyarakat Line Indonesia sejak Juni 2016.
Sebelumnya, lulusan Universitas Parahyangan jurusan Hubungan Internasional ini bercita-cita ingin menjadi seorang diplomat. “Idealnya orang yang kuliah di Hubungan Internasional menjadi diplomat. Tapi dua kali tes saya tidak lolos,” ujar Dhyoti.
Kariernya di dunia hubungan masyarakat dimulai sebagai konsultan di Indo Pacific Edelman. Selama empat tahun, Dhyoti menangani klien dari berbagai industri, mulai consumer goods, perbankan, kesehatan, dan lainnya. Dari sinilah Dhyoti jatuh cinta dengan dunia kehumasan.
“Diplomat dan public relation memiliki tugas yang sama, yaitu menyampaikan pesan kepada khalayak luas," katanya. Diplomat menyampaikan segala sesuatu dari negara asal ke negara tujuan. Adapun public relation menyampaikan informasi dari sebuah brand kepada khalayak luas melalui media.
"Jadi, humas itu membuat saya selalu belajar hal baru setiap harinya. Ini yang membuat saya jatuh hati,” ujar perempuan kelahiran Jakarta, 7 Mei 1977 ini. Setelah empat tahun bekerja di Indo Pacific Rdelman, dia memutuskan untuk hijrah sebagai senior PR Officer di Hotel Mulia Senayan.
Baca Juga:
Hanya berselang delapan bulan, Dhyoti mendapat pinangan dari brand yang pernah ia tangani, Frisian Flag Indonesia, dengan jabatan terakhir Manajer Public Relation. Dhyoti mulai terjun ke dunia teknologi ketika mendapat tawaran dari seorang pemburu talent untuk bekerja di Intel Indonesia. Ia pun menjabat sebagai Head of Public Relation Indonesia selama 7 tahun.
Di 2016, Dhyoti memutuskan mencari tantangan baru untuk mengasah kemampuannya. “Saya mulai ‘mati gaya’ dalam membuat konsep peluncuran produk, jadi saya rasa ini waktu yang tepat untuk mencari angin segar,” ujarnya.
Sebagai PR Director, Dhyoti bertanggung jawab membangun kesadaran mengenai layanan, fitur, dan aktivitas Line di Indonesia, sekaligus membangun relasi ke pemerintah Indonesia, seperti menjaga hubungan ke Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Kementrian Komunikasi dan Informatika. Selain itu, Dhyoti juga bertanggung jawab untuk membangun citra Line sebagai perusahaan yang baik dan bertanggung jawab di Indonesia.
Untuk menjadi seorang praktisi humas yang baik, Dhyoti mengatakan, pelatihan merupakan hal yang terpenting. “Saya tidak pernah sekolah humas. Tapi empat tahun di Edelman, saya bekerja sambil belajar," ujarnya. Selama itu pula, dia benar-benar belajar bagaimana membuat sebuah acara, menjalin hubungan dengan media massa, membuat siaran pers, memberi arahan kepada klien dan masih banyak lagi.
Tip menjadi humas yang baik, menurut Dhyoti, adalah banyak berdiskusi dengan orang lain. Sebab, dengan berdiskusi maka banyak informasi baru yang bisa diperoleh. Dhyoti yang juga gemar memasak ini ke depannya tertarik untuk membuka usaha katering. Saat ini, menurut dia, sudah ada pesanan semisal bakso dan spaghetti dari teman-temannya.
Berita lainnya:
6 Situasi yang Tidak Tepat untuk Berkencan
Tidur Pakai Bra Bisa Menghalangi Aliran Getah Bening
Anniesa Hasibuan Protes Kebijakan Donald Trump di NYFW 2017