TEMPO.CO, Jakarta - PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) berencana untuk
mencari tambahan modal atau ekuitas sekitar Rp 10 triliun. Berbagai skema telah
disiapkan emiten berkode saham WSKT itu, salah satunya dengan melakukan pengurangan saham atau divestasi salah satu anak usaha perseroan.
Pada tahun ini, perseroan memproyeksikan penambahan total ekuitas Rp 30 triliun.
Sedangkan hingga Februari total ekuitas yang baru terkumpul sekitar Rp 20 triliun.
"Target perusahaan akhir 2017 total ekuitas keseluruhan Rp 30 triliun, Rp 16,7 triliun
per Desember 2016, Februari 2017 sudah Rp 20 triliun lebih. Sehingga, saya harus cari Rp 10 triliun lagi ekuitas," kata Direktur Utama waskita Karya M. Choliq dalam acara konferensi pers di kantor Waskita Karya, Jakarta Timur, Jumat, 17 Maret 2017.
Baca: 2016, Laba Waskita Karya Tumbuh 62,8 Persen
Salah satu anak usaha Waskita yang telah dilepas sebagian sahamnya melalui divestasi adalah PT Waskita Toll Road. Perusahaan yang bergerak di bidang usaha jalan tol itu sebagian sahamnya telah didivestasikan kepada dua perusahaan yakni
PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan PT Tabungan dan Asuransi Pensiun (Taspen)
dengan nilai investasi masing-masing Rp 1,5 triliun dan Rp 2 triliun.
Dengan total divestasi Waskita Toll Road sebesar Rp 3,5 triliun ini membuat SMI
memegang saham 12,4 persen dan Taspen 16,6 persen. Investasi kedua perusahaan pelat merah ini merupakan salah satu program Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA).
Namun, Choliq belum dapat menjelaskan anak usaha mana yang akan didivestasikan
tahun ini. Karena perusahaan pelat merah itu memiliki beberapa anak usaha yang
bergerak di berbagai bidang seperti PT Waskita Toll Road, PT Waskita Karya Realty,
PT Waskita Karya Energi, dan terakhir yang baru saja dilepas ke publik adalah PT Waskita Beton Precast Tbk. "Sebagian dari saham Waskita Toll Road dibeli SMU dan taspen. Tentu kita cari yang lain," katanya.
Simak: 2017, Waskita Karya Siapkan Belanja Modal Rp 32 triliun
Choliq menambahkan, kebutuhan untuk menaikkan ekuitas tersebut dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan dalam melakukan pinjaman, karena tahun ini perusahaan menyiapkan belanja modal Rp 32 triliun. Rencananya, selain melalui modal perusahaan, capex akan dipenuhi dari pinjaman perbankan dan penerbitan obligasi berkelanjutan.
"Tahun ini tidak ada rencana IPO (anak usaha) tapi poinnya perkuat modal dari ekuitas. Kalau sudah kuat, utang datang sendiri, enggak usah dicari. Capex Rp 32 triliun lebih," ujar dia.
Sedangkan untuk penerbitan obligasi, perusahaan berencana mengajukan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) baru dengan nilai hingga Rp10 triliun. Penerbitan surat utang tersebut rencananya akan direalisasikan pada semester II tahun ini. "Obligasi ada sisa Rp 400 miliar kami terminated, tidak kami lanjutkan. Semester berikutnya
ajukan PUB baru skalanya Rp10 triliun," ujar Choliq.
DESTRIANITA