Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Julia Perez Berjuang Melawan Kanker Serviks, Seberapa Parahkah?  

image-gnews
Pedangdut Julia Perez didampingi rekannya Yuni Shara menjelaskan pada awak media ketidak ikutsertaannya dalam Pilkada DKI Jakarta, di TPS 15 RSCM Jakarta, 15 Februari 2017. TEMPO/Nurdiansah
Pedangdut Julia Perez didampingi rekannya Yuni Shara menjelaskan pada awak media ketidak ikutsertaannya dalam Pilkada DKI Jakarta, di TPS 15 RSCM Jakarta, 15 Februari 2017. TEMPO/Nurdiansah
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sudah dua bulan Julia Perez terbaring di rumah sakit demi memperoleh kesembuhan setelah terkena kanker serviks stadium empat, sekitar dua tahun lalu. Pada 2015, penyanyi dangdut yang akrab disapa Jupe ini sempat dinyatakan sembuh setelah berobat ke Singapura.

Siapa sangka, setahun kemudian, penyakit Jupe semakin parah. Pada 12 Februari 2017, Jupe dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat RSCM lantaran terus menggigil dan kakinya membengkak.

Kanker serviks merupakan kanker nomor 2 terbanyak pada perempuan di Indonesia, setelah kanker payudara. Penyebab utama kanker serviks yakni infeksi HPV (Human Papilloma Virus). Wanita yang sudah menikah berisiko terkena penyakit ini.

Baca: Mengintai Wanita Seperti Kanker Payudara, Waspadai Kanker Serviks

Dokter Spesialis Ongkologi Ginekologi Prof. Dr. dr. Andrijono SpOG(K) mengatakan, pengobatan kanker serviks yang sudah stadium lanjut atau stadium dua ke atas, yakni dengan disinar atau kemoterapi.

Sayangnya, pengobatan tersebut tak lantas bisa mematikan virus sepenuhnya. "Kemoterapi itu tidak mematikan virus sepenuhnya, masih ada 10 persen lagi," kata Ketua Himpunan Ongkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) ini, dalam diskusi media di Jakarta, Selasa, 11 April 2017.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan penelitian, virus penyebab kanker serviks yang masih ada di dalam tubuh masih bisa tumbuh lagi.

"Ada evaluasinya, tapi dokter biasanya hanya dipermukaan saja, padahal masih ada risiko," kata Andrijono.

Sisa 10 persen virus kanker serviks itu akan mati dengan daya tahan tubuh. "Kalau daya tahan tubuh lemah, dia (virus) akan muncul lagi. Biasanya 2-3 tahun muncul lagi," kata Andrijono.

Untuk itu, Andrijono menyarankan, pola hidup sehat dan makanan bergizi bagi Anda yang pernah mengalami kanker serviks. "Sistem imun kita jangan sampai terkena infeksi, karena kalau sudah terkena, otomatis daya tahan tubuh melawan virus dan infeksi," kata dia.


AFRILIA SURYANIS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

22 jam lalu

Ilustrasi penderita kanker. shutterstock.com
Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.


Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

3 hari lalu

Migran dari Thailand Cheng
Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker


Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

3 hari lalu

Ilustrasi Kanker. shutterstock.com
Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.


Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

6 hari lalu

Pada Senin (5/2), Istana Buckingham mengumumkan bahwa Raja Charles III didiagnosis menderita kanker. Istana juga mengatakan bahwa sang Raja telah mulai menjalani perawatan. REUTERS/Toby Melville
Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.


Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

10 hari lalu

ilustrasi kanker (pixabay.com)
Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.


Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

11 hari lalu

Mengunduh Manfaat Terapi Sel Punca
Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.


Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

11 hari lalu

Ilustrasi sel darah merah. Pixabay.com/Vector8DIY
Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?


Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

13 hari lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.


Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

16 hari lalu

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.


Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

17 hari lalu

Sariawan di lidah bisa sembuh sendiri, tapi jika terlalu lama bisa jadi ada infeksi serius hingga sinyal kanker mulut. (Canva)
Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.