TEMPO.CO, New York - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) membantah sedang mempelajari kemungkinan mengirimkan astronot dalam penerbangan pertama Space Launch System, seperti yang dikatakan Presiden Donald Trump Februari lalu. Space Launch System adalah roket besar terbaru NASA yang sedang dikembangkan untuk misi deep space.
Baca: NASA Bangun Gerbang Ruang Angkasa Menuju Mars
"Meski layak dilakukan, tapi butuh biaya tambahan yang sangat besar. Waktu dan risikonya pun tak sebanding dengan manfaatnya," kata Robert M. Lightfoot Jr, seperti dikutip dari The New York Times, Sabtu, 13 Mei 2017.
Lightfoot mengatakan, menempatkan astronot pada penerbangan pertama Space Launch System (SLS) butuh biaya tambahan US$ 900 juta, atau setara dengan Rp 12,1 triliun. Bahkan, bisa menunda peluncuran hingga semester pertama 2020. Biaya dan waktu yang mahal tersebut karena astronot butuh pasokan kehidupan dan sudah pasti tempat istirahat.
Baca: Trump Bicara Soal Misi ke Mars dengan Wanita Terlama di Antariksa
Tanpa astronot pun, Lightfoot menjelaskan, tanggal peluncuran SLS akan mundur dari jadwa. Semula, NASA akan meluncurkan roket ini pada November 2019, tapi karena persiapan belum matang dan kendala teknis, peluncuran terpaksa harus dilakukan pada 2019. Februari lalu, sebuah tornado menyerang bangunan Michoud Assembly di Louisiana, tempat roket dibangun. Tornado tersebut merusak atap dan banyak peralatan.
"Bencana itu sebuah kerugian buat kami," kata William H. Gerstenmaier, administrator NASA bidang manuskrip eksplorasi dan operasi manusia.
Bulan ini, kata Gerstenmaier, tendah berbentuk kubah besar di Michoud rusak parah saat dipindahkan. Padahal, itu adalah tempat penyimpanan tangki oksigen cair yang akan digunakan untuk pengujian. "Mungkin tidak bisa diperbaiki," ujarnya. Beruntung, NASA masih punya kubah cadangan.
Baca: Pesawat Luar Angkasa Cassini Kirimkan Temuannya, Seperti Apa?
European Space Agency (ESA), yang menyediakan modul pembangkit tenaga, bahan bakar, dan pasokan untuk kapsul Orion, juga mengalami keterlambatan. "Kami tidak menyangka akan setelah ini," kata Gerstenmaier.
NASA, akhirnya, akan kembali ke rencana semula. Untuk penerbangan pertama, Orion akan terbang ratusan ribu kilometer di luar bulan selama tiga pekan. Ini akan disusul dengan penerbangan kedua dengan awak sekitar tiga tahun kemudian. Awalnya, NASA menjadwalkan penerbangan awak pada Agustus 2021. "Tapi mungkin akan tertunda," ujar Gerstenmaier.
THE NEW YORK TIMES | AMRI MAHBUB