TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Anak dari Tiga Generasi Saskhya Aulia Prima, mengatakan, ada berbagai penyebab seorang atau atau remaja punya pikiran ingin melakukan bunuh diri.
Pertama, anak mengalami stres pada lingkungan termasuk keluarga dan sekitarnya.
"Kedua, kurang dukungan atau support juga bisa menjadi penyebab anak ingin bunuh diri, karena merasa kurang dihargai atau merasa sendiri," kata Saskhya di Jakarta, Selasa, 25 Juli 2017.
Ketiga, ekspetasi sosial dalam media sosial seperti memposting foto, ungkapan kebahagiaan, atau yang lainnya. "Ini lebih merasa kurang cantik atau ganteng dari orang lain, atau merasa tak seberuntung temannya, merasa tak bahagia seperti orang lain di media sosialnya," ujarnya.
Biasanya, kata Saskhya, usia yang rentan melakukan bunuh diri yakni saat usia remaja. "Karena lagi lebay-lebaynya, sedih sedikit ingin bunuh diri atau hilang sementara, patah hati, dan sebagainya yang sebenarnya bisa diatasi".
Untuk itu, menurut Saskhya, diperlukan pendamping yakni khususnya dari keluarga atau teman terdekatnya. "Karena menurut dia ini buruk atau masalah dianggap berat, belum tentu orang lain juga menganggap demikian, jadi dibutuhkan pendamping untuk komunikasi," kata dia.
Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Eni Gustina, mengatakan sekitar 5,2 persen anak yang masuk dalam kategori berusia 18 tahun kebawah menyatakan ada keinginan bunuh diri. "Itu berdasarkan hasil survei terhadap perilaku berisiko anak usia sekolah," kata Eni dalam konferensi pers memperingati Hari Anak Nasional.
AFRILIA SURYANIS