TEMPO.CO, Makassar - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan pihaknya akan mengelola sampah plastik menjadi aspal. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir keberadaan sampah plastik yang ada di laut Indonesia.
"Kita nomor urut dua banyak menerima tumpahan sampah setelah Cina. Karena Indonesia berada diposisi silang laut," ucap Luhut di Makassar, Rabu 9 Agustus.
Menurut dia, pihaknya harus terus mengawasi keberadaan sampah di perairan laut karena sangat berbahaya. Sebab ikan yang ada di laut bisa terkontaminasi dengan sampah plastik.
"Banyak yang bisa dilakukan, salah satunya mengambil palstik bag, lalu kita cacah dan campur dengan aspal," urai Luhut.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa sampah plastik tersebut bisa membuat aspal lebih kuat, tahan dan costnya lebih murah sampai delapan persen.
"Nah kalau itu kita lakukan maka 1 kilometer aspal, lebar 7 kilometer, tuh butuh 2,5 ton plastik bag."
Sedangkan untuk plastik botol, Luhut mengatakan itu bisa didaur ulang. Sementata sampah plastik bag permanen.
Ia mencontohkan India yang sukses mengelola sampah plastik menjadi aspal. Dimana aspal berbahan plastik tersebut dibuat jalan sepanjang 120 ribu kilometer. "Nah itu akan kita coba, tingga bagaimana cara mengumpulkan sampah ini," ucap Luhut.
Karena itu, ia mengajak Universitas Hasanuddin Makassar untuk membantu sistem pengumpulan sampah tersebut. Ia sudah membuat pilot project di Bali dan pekan depan lanjut ke Bekasi.
"Setelah 17 Agustus, kita akan bahas di Bekasi. Saya mau jangan universitas di Jawa saja terlibat, kan Unhas ada 900 doktornya. Yah kita mau mereka lebih terlibat proyek nasional."
Sementara Rektor Unhas, Professor Dwia Aries Tina Pulubuhu mengakui pihaknya siap melakukan apa yang diinginkan pemerintah Indonesia. Sehingga ia akan melakukan proteksi lingkungan laut dari sampah.
Selanjutnya diorganizir oleh mahasiswa dalam hal melakukan pengumpulan sampah plastik lalu dicacah jadi campuran aspal. "Kita siap, apalagi kan visi kita menjadi pusat unggulan kemaritiman Indonesia," tambah Dwia.
DIDIT HARIYADI