TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat desak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa melakukan embargo minyak ke Korea Utara, pelarangan ekspor tekstil, serta mempekerjakan pekerja Korut di luar negeri.
Duta Besar Amerika Serikat, Nikki Haley juga mendesak PBB membekukan aset Presiden Korut, Kim Jong Un serta memberikan larangan perjalanan baginya.
Nikki juga menginginkan dewan yang beranggotakan 15 orang tersebut untuk memberikan suara terkait rancangan resolusi pemberian sanksi ke Korut.
Simak: 3,5 Juta Warga Korea Utara Daftar Relawan Perang
Embargo ini merupakan bentuk respon terhadap uji coba senjata nuklir keenam dan paling besar yang dilakukan Korut.
Namun, belum jelas apakah rancangan ini mendapatkan dukungan dari sekutu korut, China.
Seperti dilansir Reuters pada Rabu, 7 September 2017, China menjadi pemasok minyak mentah terbesar ke Korut.
Menurut data yang dimiliki Korea Selatan, China memasok 500 ribu ton minyak mentah setiap tahunnya dan 200 ribu ton produk minyak ke Korut.
Diperkirakan sebanyak 60 ribu - 100 ribu warga Korut bekerja di luar negeri.
Sementara seorang penyidik hak asasi manusia dari PBB menyatakan sejak tahun 2015, Korut memaksa lebih dari 50 ribu orang untuk bekerja di luar negeri, terutama di Rusia dan China.
Penghasilan para pekerja luar negeri ini diperkirakan antara USD 1.2 miliar - USD 2.3 miliar per tahun.
Selain itu, Bidang tekstil merupakan lahan ekspor kedua terbesar di Korut setelah batu bara dan mineral lainnya.
Pada tahun 2016, menurut data dari Badan Promosi Perdagangan Korea (KOTRA) ekspor tekstil Korea Utara bernilai USD 752 juta. Hampir 80 persen ekspor tekstil tersebut masuk ke China.
REUTERS | ADAM PRIREZA