Menurut Abdullah, aksi penyerangan terhadap mesjid ataupun gereja merupakan reaksi yang paling diinginkan oleh para teroris selama ini, yakni untuk mengadu domba antara Barat dengan Islam. Karena itu Abdullah mengimbau kepada seluruh umat Islam dan Kristen di seluruh dunia, agar lebih berhati-hati sehingga tidak terjebak dalam situasi ‘adu domba’ tersebut.
Sementara itu, kepolisian Pakistan juga menyatakan hal yang sama. Mereka sangat yakin bahwa pembunuhan dalam gereja di kota Bahawalpur, Pakistan, yang terjadi Minggu (28/10) pagi, dilakukan oleh teroris, dalam rangka balas dendam atas pengeboman yang dilakukan oleh militer AS di Afganistan.
Abdullah, yang konon memiliki pertalian darah dengan Nabi Muhammad, menegaskan bahwa perjuangan melawan terorisme yang sedang dilakukan di Afganistan bukanlah peperangan antara Timur dan Barat.
“Itu bukanlah perang antara Barat dan Islam, lagipula para pemimpin masyarakat di dunia Barat pun telah berusaha keras untuk menjelaskan hal itu ke masyarakat di sana,” katanya.
Abdullah berpendapat, perang yang terjadi belakangan ini di Afganistan merupakan perang melawan ancaman terhadap masyarakat. “Ini adalah perang demi kebaikan semua orang dimanapun berada, agar dapat hidup dengan damai dan aman,” katanya.
Abdullah juga memperingatkan, orang Arab dan Islam yang bertanggung jawab terhadap serangan teror itu, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam sendiri. “Lagipula, saat serangan di WTC, New York itu, banyak orang Islam yang menjadi korban . Begitu pula halnya dengan serangan teror lainnya di seluruh dunia,” tambahnya.
Abdullah juga menganjurkan kepada seluruh umat Islam, untuk tetap menggunakan akal sehat. Alasannya, banyak korban jatuh dari kalangan Islam sendiri, dan banyak pula Muslim yang menjadi korban di tangan Usamah. “Contohnya, negara kami telah banyak kehilangan diplomat dalam melawan terorisme di seluruh dunia,”ujarnya, kesal. (AFP/Juke Illafi K-Tempo News Room)