Kendati demikian roda produksi pabrik tidak sampai lumpuh. Kekuatan pengunjuk hanya separuh dari seluruh karyawan PT Semen Tonasa yang mencapai 6.000 orang. Sebagian berunjuk rasa, sebagian lagi bekerja. Dalam aksi itu, 30-an kendaraan alat berat seperti tank truk, trailer, loder, dikerahkan pengunjuk rasa. Klakson dibunyikan bersahut-sahutan, memekakkan telinga, untuk memeriahkan yel-yel ara pengunjuk rasa. Aksi itu juga dimeriahkan oleh sejumlah spanduk, yang berbunyi, Spin Off, Tonasa Jadi Neraka; Menolak Put Option, bukan saja untuk saat ini, tapi berpikir untuk nasib generasi yang akan dating; Karyawan Bertekad Mempertahankan Semen Tonasa Grup Sampai Titik Darah Terakhir..
Ada 3 tuntutan pengunjuk rasa. Pertama, menolak pelaksanaan put option oleh pemerintah terhadap PT Semen Gresik Group, yang di dalamnya mencakup PT Semen Tonasa. Kedua, mendesak pemerintah segera melaksanakan spin off PT Semen Tonasa dari PT Semen Gresik. Ketiga, apabila pemerintah tetap meneruskan rencananya untuk melakukan put option, seluruh karyawan akan mengambil alih manajemen dan operasional pabrik berkapasitas produksi 3semen ,4 juta ton pertahun itu
Ketua Serikat Karyawan Semen Tonasa, HM. Yusuf Ashad, mengatakan bahwa seluruh karyawan yang umumnya memegang posisi eselon satu ke bawah telah siap menduduki pabrik itu. Mereka, kata Ashad, memegang posisi-posisi kunci dalam pengoperasan pabrik. Kalau pemerintah melaksanakan put option, kita akan mengambil alih manajemen dan operasional pabrik. Kami akan menjual sendiri semen, untuk kepentingan negara, ujarnya.
Sementara itu, Ketua Tim Spin Off PT Semen Tonasa, H. Syamsu Alam Bulu, menyatakan mendukung seluruh aspirasi dan tuntutan para karyawan. Termasuk, kemungkinan didudukinya pabrik semen itu oleh karyawan. Dari pada dikuasai pihak asing, lebih baik kalau karyawan sendiri yang mengambil alih manajemennya. Tim spin off mendukung hal itu kalau memang pemerintah tetap melakukan put option dan menolak spin off, tandas Alam.
Asisten Ketataprajaan Pemerintah Provinsi Sulsel ini mengungkapkan, put option hanya akan melegalisir penguasaan industri semen dalam negeri oleh kekuatan kartel asing. Dalam jangka panjang, katanya, put option sangat tidak menguntungkan. Pasalnya, akan menjadi beban terhadap membengkaknya public expenditure yang sangat membahayakan stabilitas anggaran pemerintah maupun swasta. Dampaknya, harga jual semen dalam negeri akan melambung. Harga jual semen yang meningkat diprediksi akan segera dilakukan kartel asing sebagai alternatif paling aman dibandingkan pilihan investasi untuk pengembangan kapasitas, kata Alam. (Muannas)