Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Alwi Shihab membantah bahwa Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Muzadi meminta kepada pemerintah agar PKB kubu Alwi dibubarkan. Menurut Alwi, bantahan ini dilontarkan Hasyim Muzadi dalam pertemuan Forum Langitan di Pondok Pesantren (Ponpes) Futuhiyyah, Suburan, Mranggen, Demak, Selasa (9/4) kemarin. “PKB hanya akan dibubarkan seandainya pemerintah, Departemen Kehakiman dan Komisi Pemulihan Umum mengakui PKB kubu Matori Abdul Jalil,”.katanya kepada pers seusai bertemu Menko Polkam Susilo B. Yudhoyono di Jakarta, Rabu (10/4). Dalam pertemuan di Demak kemarin, kata Alwi, para kiai memberi wewenang kepada DPP PKB-nya untuk melakukan yang terbaik. Para kiai yang hadir itu, ujar Alwi, mendukung kebijakan yang diambil DPP dan sejumlah rencana termasuk kemungkinan membentuk partai baru. “Diberikan wewenang penuh kepada DPP dan para kiai puas dengan kinerja DPP selama ini,” tandasnya. Seperti diketahui, Selasa (9/4) malam, sejumlah kiai yang tergabung dalam Forum Langitan berkumpul di Pondok Pesantren (Ponpes) Futuhiyyah, Suburan, Mranggen, Demak. Pertemuan juga dihadiri pengurus teras DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pertemuan tertutup itu digelar di kediaman KH Muhammad Luthfi Hakim BcHk, pengasuh ponpes tersebut. Hadir dalam pertemuan itu antara lain Ketua Dewan Syuro DPP PKB KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Wakil Ketua Dewan Syuro KH Cholil Bisri, Ketua Umum Alwi Shihab, Wakil Ketua Umum Mahfud MD, Ali Masykur Musa, Muhaimin Iskandar, Taufiqurrahman Saleh, serta sejumlah fungsionaris DPP lain. Dari kalangan kiai hadir KH Abdullah Abbas (Cirebon), Habib Ali Al-Habsyi (Pemalang), KH Muhammad Najmi Qodir (Jambi), Kiai Jamaludin Bustomi (Lampung), KH Abdurrohman Chudlori (Magelang) dan KH Makruf Amin. Tak diketahui secara pasti apa yang dibahas dalam pertemuan itu. Beredar kabar pertemuan itu salah satunya membahas soal dualisme kepengurusan DPP PKB. Terutama pasca pernyataan KH Hasyim Muzadi, yang dianggap menimbulkan kebingungan di kalangan massa nahdliyin. (Fitri Oktarini/Tempo News Room)
Iklan
