Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa hari ini diberitakan warga asing yang positif terinfeksi virus corona, COVID-19, di negaranya setelah kembali dari Indonesia. Kepala Lembaga Biologi Mokuler Eijkman Amin Subandrio menerangkan ada dua asumsi yang bisa menjelaskan kasus tersebut.
Asumsi pertama adalah warga tersebut sebelum berangkat dan datang ke Indonesia tidak punya gejala, sehingga tidak terdeteksi ketika melewati detektor suhu badan di bandara. "Itu masuk negara manapun juga tidak akan terdeteksi kalau tidak ada gejalanya," ujar Amin saat dihubungi, Jumat 28 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Asumsi kedua, profesor mikrobiologi klinis di Universitas Indonesia itu menyebut penularan terjadi di luar Indonesia. Asumsi ini berdasarkan tidak adanya laporan positif infeksi di Indonesia maupun Pulau Bali, lokasi yang pernah dikunjunginya. "Di Bali sendiri belum ada laporan kasus, baik secara laboratorium atau secara klinis. Sampai dia pulang pun tidak ada lagi laporan di Bali," kata Amin menuturkan.
Logikanya, Amin menambahkan, ada kasus yang dilaporkan positif di Pulau Dewata itu jika memang warga asing itu tertular virus corona di pulau tersebut. Pernyataannya senada dengan yang pernah disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya. "Bali masih aman, buktinya belum ada kasus," kata Ketut
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebelumnya dilaporkan seorang turis asal Jepang terdeteksi terpapar virus corona saat kembali ke negaranya. Dia datang ke Bali bersama empat anggota keluarganya. Mereka menginap selama empat hari, 15 - 19 Februari 2020. Pelancong berusia 68 tahun itu kemudian kembali ke negaranya keesokan harinya.
Pada Minggu, 23 Februari 2020, diketahui bahwa wisatawan yang kembali dari Bali itu diketahui terinfeksi virus corona. Empat anggota keluarga yang bepergian bersama lelaki itu dinyatakan bebas dari virus corona. "Jadi kemungkinannya tidak kena di Bali. Mungkin saat di sini masih dalam masa inkubasi dalam rentang sekitar tiga hingga tujuh hari," kata Ketut.
Ketut menjelaskan, pada masa inkubasi, seseorang yang terkena virus corona bisa menularkan kepada yang lain. Untuk kasus warga Jepang ini, dia berpendapat, kemungkinan kondisi anggota keluarga yang turut serta selama perjalanan dalam kondisi prima. "Tidak terdeteksi mengalami demam di bandara. Bisa saja pasien positif corona ini telah minum obat penurun panas," ujarnya.
Wisatawan tersebut diketahui menginap di wilayah Kuta dan kembali ke Jepang pada Kamis, 20 Agustus 2020. "Bali masih aman, buktinya belum ada kasus," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Ketut Suarjaya, Kamis 27 Februari 2020.
MADE ARGAWA