Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Ahli Penerbangan Sarankan Perakit Helikopter Bikin Gyrocopter

Andi mengatakan gyrocopter jauh lebih mudah dibandingkan dengan helikopter.

14 November 2019 | 17.52 WIB

Jujun Junaedi menjelaskan komponen helikopternya kepada tim yang mewakili Google Indonesia dan YouTube, di halaman rumahnya Kampung Cibubuay, Desa Darmareja, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, Selasa (12/11/2019) | Sumber Foto:istimewa
Perbesar
Jujun Junaedi menjelaskan komponen helikopternya kepada tim yang mewakili Google Indonesia dan YouTube, di halaman rumahnya Kampung Cibubuay, Desa Darmareja, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, Selasa (12/11/2019) | Sumber Foto:istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Tenaga Ahli Pengembangan Pesawat Terbang PT Dirgantara Indonesia (DI), Andi Alisjahbana, memberi saran pada Juju, pemuda Sukabumi yang tengah merakit helikopter, untuk membuat gyrocopter.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Yang lebih mungkin dia bikin adalah gyrocopter,” kata dia saat dihubungi Tempo, Kamis, 11 November 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Andi mengatakan gyrocopter jauh lebih mudah dibandingkan dengan helikopter. “Helikopter jauh lebih susah karena ada dynamic stability,” kata dia.

Dia menjelaskan, gaya angkat untuk menerbangkan helikopter berasal dari putaran baling-baling yang digerakkan mesin. Setelah terangkat ke udara, ada risiko badan helikopter justru juga ikut berputar. Untuk mencegahnya, helikopter memiliki baling-baling yang berada di ekornya atau rotor.

Putaran rotor ini yang mencegah badan helikopter ikut berputar saat di udara. “Menjaga stabilitas supaya (badan helikopter) gak ikut berputar itu susah sekali. Itu gak mudah,” kata Andi.

Andi menyarankan agar Juju membangun gyrocopter. Kendati sama memiliki baling-baling panjang di atasnya, tapi berbeda dengan helikopter, baling-baling utama pada gyrocopter justru tidak terhubung dengan mesin. Mesin gyrocopter justru untuk memutar baling-baling yang biasanya di pasang di bagian punggung tempat duduk pilot.

Baling-baling kecil yang diputar oleh mesin pada gyrocopter untuk membentuk gaya dorong maju ke depan. Gaya dorong ini yang justru memutar baling-baling utama yang berukuran lebih besar di bagian atas, yang selanjutnya akan memeri gaya angkat untuk terbang.

“Lebih sederhana. Propeler di atas tidak diputar pakai mesin. Dia hanya pakai propeler dorong,” kata Andi.

Kendati demikian, Andi wanti-wanti agar harus tetap dipelajari ilmunya. “Ini justru lebih mudah, tapi tetap butuh ilmu. Gak bisa sembarangan,” kata dia.

Penelusuran Tempo, gyrocopter dikenal dengan sejumlah istilah, di antaranya gyroplane dan autogyro. Lembaga Persiapan Industri Penerbangan sempat membangun Gyrocopter B8 yang dinamai Kolentang, alias Kuros Terbang. Teknologi gyrocopter diperkenalkan pertama kali oleh Juan de la Cierva tahun 1912. Gyrocopter saat ini populer di Eropa.

AHMAD FIKRI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus